Mohon tunggu...
Lolo Sianipar
Lolo Sianipar Mohon Tunggu... -

Seorang PR Consultant yang sangat suka KFC, Jalan-Jalan, Nyelam, Puisi, Film, dan kedamaian.\r\n\r\nHidup cuma sekali, bikin bahagia aja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sejatinya Seorang Konsultan Public Relations (Menurut Pandangan Saya)

13 April 2012   10:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39 2286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini terinspirasi dari kejadian baru-baru ini, dimana sekelompok orang yang tidak ada hubungannya dengan saya secara langsung, merasa “terganggu” dengan tulisan di blog pribadi saya yang dengan tegas menyuarakan pendapat pribadi tentang ketidakadilan sebuah keadaan. Saya dengar langsung dari narasumber terpercaya yang tidak bisa saya sebut namanya disini, salah satu respon menghakimi mereka adalah “ih, PR Consultant kok kayak gitu? Ga takut apa?” yang jelas intinya: “kok cari musuh?”

Respon yang cukup menarik buat saya dan menilik latar belakang profesi mereka pastinya mereka sering berurusan dengan Public Relation officer brand maupun konsultan, jadi mudah ditebak pula pakem dibenak mereka tentang SEPANTASNYA seorang pekerja humas.  Gapapa, mereka itu tidak picik kok, hanya mainstream saja cara berpikirnya, mengikuti anggapan umum bahwa cerminan pribadi PR itu harusnya ramah dan baik pada semua mahkluk hidup, berpenampilan sepantasnya  (lebih baik lagi kalau menarik, bersepatu hak tinggi dan bila dibutuhkan branded look), sering tersenyum berseri-seri, helpful dalam arti cepat memberikan informasi terutama kalau ditanyain sama wartawan, yang pasti condong ke arah people pleaser dan approval seeker (silahkan terjemahkan dengan bebas, yang pasti bukan jenis makanan).

12 tahun berenang-renang di dunia PR, jelas tidak membuat saya menjadi konsultan PR paling mumpuni di bumi Indonesia ini, itu pasti, tapi memberikan saya pemahaman sepenuhnya mengenai pribadi PR ideal yang ingin saya capai sepanjang karir saya. Pekerja PR itu BUKAN people pleaser karena jelas jelas pekerja PR bukan opportunis, bukan juga bahkan journalist pleaser, yang selalu bermain di zona aman. Bagaimana saya bisa bilang begitu?  Coba sedikit cermati konsultan PR yang melegenda di dunia ini mereka bukanlah para professional yang suka hahahihi, kebanyakan dari mereka sederhana, sangat vokal (opinionated), idealis, passionate bahkan kebanyak dari mereka sangat kontroversial.

Yuk, mundur banget kebelakang ketika pertama kali istilah Public Relations dimunculkan oleh dua orang yang sudah resmi menjadi Bapak PR, Ivy Lee dan kemudian  Edward Bernays. Tilik sedikit di google seperti apa pribadi mereka? Mereka sejatinya ada ahli propaganda sejati, yang sangat keras menyuarakan apa yang menjadi kepentingan mereka dan  klien mereka dengan strategi propaganda yang mengerikan (sangat keras) tapi membuat mereka menjadi legenda.  Ivy Lee bahkan punya julukan “poison Ivy” karena pembelaannya terhadap perusahan minyak milik Rockefeller, Standard Oil. People pleaser? No, he is trying to drive public opinion, clearly stating his stand point.

Edward Bernays yang sukses mempopulerkan pandangan Freud melalui pandangan PR-nya, juga melakukan banyak kampanye kontroversial, salah satunya adalah kampanye Perempuan Merokok untuk kliennya Lucky Strike ditahun 1920an dimana pada masa itu perempuan yang terlihat merokok ditempat umum (bukan area yg ditentukan) harus dipenjarakan. Bernays membuat parade “Torches of Freedom” dengan mendisplay model model wanita membakar rokoknya dan itu menjadi event yang tidak terlupakan dimana wanita paling banyak mulai membakar dan menghisap rokok, menjadi titik balik dimana kebiasaan wanita merokok diterima secara sosial.  Terdengar mencari musuh awalnya ya?

Saya bukan perokok dan tidak berminat untuk menangani brand rokok, intinya adalah coba tanya lagi mungkinkan seorang konsultanPR yang takut menimbulkan konflik melakukan aksi yang melegenda dan menciptakan pergerakan yang merubah perilaku sosial ataupun pandangan terhadap brand?

Masih kurang bukti? Biar saya sebutkan beberapa nama legenda konsultan PR lainnya dan silahkan telusuri sendiri di google, Harold Burson (pendiri Burson-Masteller, perusahaan PR terbesar di dunia saat ini), Julian Read, Richard Edelman, dan lainnya, bahkan persona PR yang bukan konsultan tapi secara literal menggunakan pendekatan PR pada setiap komunikasinya seperti Anita Roddick (pendiri Body Shop), Donald Trump, Presiden Roosevelt (Franklin dan Theodore), dan banyak lagi, mereka bukan people please atau approval seeker, they always opinionated dan pejuang apa yang mereka percaya, baik secara skala pribadi maupun skala professional dengan klien.

Konsultan PR itu bukan tukang make-up brand, itu tugas marketing, tugas seorang  pekerja PR adalah menyatakan kebenaran tentang brand kepada media dan publik, lalu kejelekannya? Bukan ditutupi tapi dijadikan bahan PR lagi bahwa brand tersebut akan terus berevolusi menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhan target khalayaknya. Pekerja PR menjadi lini pertama untuk mempertahankan brand ketika brand tersebut dipertanyakan keuntungannya. Nah, pertanyaannya adalah bagaimana seorang yang tidak passionate dan vokal, yang takut konflik, takut dicap “cari musuh”, takut di debat dan memilih hahahihi saja bisa menjadi seorang pekerja PR tangguh untuk menceritakan dan meyakinkan keuntungan sebuah brand kepada kepada orang lain?

Jadi teman, saudara, handai tauladan, demikian sejatinya seorang konsultan PR dari sudut pandang saya, tegas secara pribadi dan professional. Silahkan kalau berpendapat beda. Dan jikalau kebanyakan PR professional memang terlihat ramah, bersahabat dan baik memang sudah pada hakikinya menjadi seorang manusia seperti itu (masa jahat, judes, suka bentak-bentak dan suka mem-bully?).

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun