Mohon tunggu...
Lolo Sianipar
Lolo Sianipar Mohon Tunggu... -

Seorang PR Consultant yang sangat suka KFC, Jalan-Jalan, Nyelam, Puisi, Film, dan kedamaian.\r\n\r\nHidup cuma sekali, bikin bahagia aja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasus Pak Sunarya Vs. Mega “Suster Ngesot” -- Bertemu dengan Pak Sunarya

27 Januari 2012   08:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:24 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jujur saya tidak tahu apa yang saya rasakan sewaktu teman lama saya - Mas Arya (@aryaaa) - menelepon dan menanyakan kiranya saya mau membantu Kasus Pak Sunarya  vs Mega Suster Ngesot dari sisi Media Relations. Mungkin aneh campur geli. Lucunya saya sudah mengikuti kasus ini dari awal… Peristiwa seorang satpam tak sengaja menendang seorang anak perempuan yang sedang duduk dilantai berpura-pura jadi hantu menyerupai Suster Ngesot di lift apartemennya sendiri. Dalam rangka memberi pesta ulang tahun kejutan pada temannya. Itu  terjadi tanggal 10 Desember 2011, dan tanggal 12 Desember-nya, saya bertemu dengan Veni sahabat saya yang menceritakan kejadian sambil tertawa-tawa di kantor waktu itu. Saya rasa ini cerita yang kocak sekali, dan memang cocok jadi bahan tertawaan. “Sial benar tu anak!” pikir saya waktu itu.

Beberapa hari sesudah itu, mendapatkan linknya di twitter, saya pun membuka blog-nya Mbak Mega  (http://megavandjabir.blogspot.com/2011/12/suster-ngesot-moral-duty-requires-me-to.html) dan membaca dengan teliti – ini murni cuma karena pengen tahu peristiwa dari sisi dia, pengen tahu seperti apa Mbak Mega,dan pengen tahu blog-nya kayak apa. Lalu malamnya sambil ngumpul ramai-ramai dengan teman-teman di café di Tebet, ramai-ramai kami obrolin lagi sambil membuka YouTube dan melihat video peristiwa penendangan itu, dan PAS! Di televisi sedang menayangkan jumpa Pers Mbak Mega di sebuah rumah sakit di bandung. Klop banget deh, minggu itu adalah minggunya suster ngesot buat saya yang sama sekali tidak gemar film horror Indonesia.

Nah, beberapa hari sesudah itulah Mas Arya (@aryaaa) menelepon. Saya kaget campur geli, tidak langsung “iya”kan. Saya setuju kalau sudah interview dengan Pak Sunarya sendiri dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dari sisi dia, dia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan saya seputar peristiwa itu.  Sekali lagi saya membandingkan isi blog dengan video di you tube, kali ini dengan serius. Tidak butuh seorang jenius untuk mengatakan bahwa banyak kejanggalan di dalam cerita di blog post  yang penuh dengan kemarahan itu.  Video rasanya susah bohong ya? Singkat cerita, saya akhirnya bertemu dengan Pak Sunarya dan Pak Johan sang Pengacara, dan diberikan kehormatan untuk interview dengan Pak Sunarya langsung…

Pertanyaan yang saya  ajukan pastinya tidak sedikit untuk melihat apakah Pak Sunarya menyembunyikan fakta atau tidak. Dengan segala kerendahan hati, saya bisa bilang, ANDAI KATA kepolosan, kebingungan dan kesederhanaan Pak Sunarya itu semuanya palsu, Pak Sunarya sudah sepantasnya dapat piala Oscar untuk Best Actor dan Life Time Achievement.  Hilangkan dari benak kalian gambaran satpam-satpam gedung bertingkat yang congkak dan dengan suara diberat-beratin serta ekspresi tegas, bertanya apa urusan kita masuk ke gedung dan mana kartu tanda pengenal.  Tadinya saya pikir Pak Sunarya seperti itu, tipe satpam yang minta digampar.  SALAH!!!

Pak Sunarya itu pemalu,  bersalaman dengan saya saja dia nunduk. Logat Sunda kental terdengar dari nada suaranya yang pelan, boro-boro mau bikin suara tegas berwibawa. Tapi biar pemalu saya bisa bilang Pak Sunarya tidak bodoh. Dia menjawab pertanyaan saya dengan pasti dan dia ingat semua kejadian malam itu. Dia meyakinkan saya bahwa pelatihan satpam telah dia jalani dan dia ikuti dengan sepenuh hati selama ini. Bagaimana saya bisa bilang begitu? Dia sering bilang “sudah jadi tugas saya Bu…”,  “Seperti instruksi yang saya terima…”, “sesuai standar prosedur Bu…”.

Wawancara tidak cuma sekali, tapi 3 kali di hari yang berbeda, dan dalam 3 kali itu informasi yang disampaikan Pak Sunarya tidak ada yang berubah atau diperbaiki, sama persis. Padahal saya udah nanya dengan sadis, seperti apakah dia percaya hantu? Kenapa ga minta maaf? Dan banyak lagi juga saya pelintir-pelintir pertanyaannya, supaya saya yakin saya memang tidak sedang berurusan dengan monster penendang perempuan.

Kalau kalian bertanya-tanya siapa Sunarya, Saya jelaskan sedikit: saat ini dia berusia 37 tahun. Kulit sawo matang. Tingginya sedang dan tidak gemuk. Lahir di Garut. Lulusan SMA. Tadinya dia buruh pabrik, pertama kali berkarir menjadi satpam tahun 2009 di PT Wiragarda . Setelah selesai pendidikan satpam, ia ditugaskan di Ciembeliut yang berarti sudah menjadi satpam di lokasi tersebut selama lebih dari 3 tahun. Sepanjang masa tugasnya, tidak penah ada kejadian buruk atau peristiwa yang mengarah kepada dipertanyakannya etika kerjanya. Sunarya adalah ayah dari 2 orang anak, yang pertama berusia 5 tahun dan kedua berusia 15 bulan. Keluarga Sunarya tinggal di rumah mertua di daerah Garut. Untuk bekerja menafkahi keluarganya, setiap hari ia naik sepeda motor kurang lebih 4 jam Garut-Bandung-Garut.

Kisah yang tadinya lucu ini jadi tidak lucu sama sekali melihat betapa bersikerasnya satu pihak untuk memenjarakan pihak lain hanya karena sebuah kesalahpahaman minor. Mungkin satu pihak akan teriak: “APAAA?? SALAH PAHAM MINOR??? GIGI SAYA PATAH! PELIPIS SAYA LEBAM!!!” Lalu??? Penjarakan saja? Kalau setiap salah paham harus diganjar dengan penjara, bayangkan betapa penuhnya penjara!

Seseorang tidak sengaja menumpahkan air lalu orang lain terpeleset, penjarakan orang yg menumpahkan air! Seseorang lagi duduk baca koran di restoran lalu seorang tersandung kaki yang agak terjulur dan jatuh memar, penjarakan orang yang duduk itu! Seorang OB memberikan teh manis terlalu panas dan membakar mulut dan bibir kita, penjarakan OB itu! Seorang lihat hantu duduk dibawah dan karena ketakutan berusaha menghalau hantu dengan kaki, penjarakan orang tersebut!! Ga perlu repot lihat latar belakang peristiwa… penjarakan semua orang!!! Karena semua orang pasti pernah ada di situasi salah paham.

Bersambung…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun