Mohon tunggu...
LOLIYANTI
LOLIYANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo

Hobi mendesain grafis dan sering mengisi waktu luang dengan belajar desain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jihad, Santri dan Negeri: Satu Kesatuan Mencapai Kejayaan

27 November 2023   12:04 Diperbarui: 27 November 2023   12:14 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai kaum awam, kita pasti pernah mendengar istilah "jihad" yang notabene adalah istilah berperang. Secara etimologi, jihad adalah mencurahkan kemampuan, tenaga dan usaha. Dengan ungkapan lain jihad adalah bersungguh-sungguh. Sedangkan makna jihad secara terminologi, dimaknai sebagai berperang oleh sebagian ulama fiqih. Meski demikian, perang yang dimaksud tidak hanya perang secara fisik tetapi juga jihad non-perang atau damai. Jadi, makna jihad yang mencakup keduanya adalah mengerahkan segala kemampuan, tenaga dan usaha, baik perang fisik maupun tidak.

Di dalam AlQur'an, dijelaskan tiga macam jihad yakni jihad terhadap musuh yang nyata, jihad terhadap iblis dan jihad terhadap hawa nafsu. Jihad terhadap musuh yang nyata seperti halnya berperang secara fisik, contohnya perang penjajahan Indonesia atas Inggris dan Belanda. Kemudian jihad terhadap iblis tentu saja berperang melawan dan menjauhi hal-hal yang disenangi iblis (sesat), seperti mencuri, membunuh, memfitnah dan sebagainya. Jihad yang ketida adalah jihad terhadap hawa nafsu, seperti halnya menghindari keinginan memiliki barang-barang yang kurang berguna, menghamburkan uang dan sebagainya. Kita sebagai seorang makhluk sosial alangkah lebih baiknya bersedekah apabila memiliki harta yang cukup. Hal tersebut juga termasuk jihad.

Kata jihad tentu saja melekat dalam diri seorang santri, yang merupakan salah satu identitas santri. Sebab, jihad juga merupakan hal yang diteladankan dari para kyai yang dijadikan sebagai panutan para santri. Mencari ilmu untuk mencerdaskan diri dan bangsa juga merupakan jihad seperti yang ditempuh oleh KH Kholil Bangkalan, KH Hasyim Asy'ari dan ulama dan guru bangsa lainnya hingga ke Mekah dan Madinah. Semangat jihad yang dicerminkan para tokoh tersebut tidak hanya semangat dalam menuntut ilmu tetapi juga semangat menebar manfaat dan juga kebaikan bagi kemerdekaan dan kemajuan negeri.

Sebagai warga bangsa Indonesia dan generasi penerus bangsa, seorang santri haruslah memiliki sikap patrotisme. Sikap tersebut di syarati oleh jihad santri. Seperti dicerminkan oleh lagu Yalal Wathon. Lagu tersebut menjadi bukti akan rasa cinta yang dimiliki santri terhadap tanah air. Tentu saja tidak hanya lagu yang mencerminkan kecintaan santri terhadap bumi pertiwi, tetapi juga sikap dan aksinya.

Menjunjung tinggi kecintaan terhadap tanah air, memberikan kekuatan tersendiri dalam menghadapi segala rintangan. Semakin kuat rasa kecintaan tersebut, akan semakin mudah menghadapi rintangan-rintangan didepan. Kejayaan yang menjadi bukti pentingnya peran santri adalah diterbitkannya Resolusi Jihad oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945, yang merupakan cikal bakal lahirnya Hari Santri Nasional.

Sejatinya, ikut serta melakukan jihad yang dilakukan santri juga mencerminkan bentuk dukungan terhadap keberadaan di jalan yang benar. Maka dari itu, marilah kita semua berjihad untuk negeri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun