Mohon tunggu...
Lola Syaidatul Zulha
Lola Syaidatul Zulha Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

everything without Allah is nothing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Trilogi Ajaran Islam

7 November 2024   21:05 Diperbarui: 8 November 2024   14:13 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Menurut hadis riwayat Imam Bukhori, Agama Islam dibangun di atas tiga ajaran dasar, yakni iman, islam, dan ihsan,sebagaimana yang disebutkan pada hadist Nabi muhammad SAW. Ke tiga itu disebut dengan arkan al-din yang berarti tiang atau penyangga agama yang merupakan penyangga ajaran Islam atau trilogi ajaran Islam.

A. Iman

1.) Pengertian Iman

a.) Secara Bahasa: Iman berarti al-tasdiq yang berarti membenarkan dan merupakan lawan kata al-takzib yang berarti mendustakan. 

b.) Secara Istilah: Pernyataan secara lisan, Keyakinan di dalam hati, dan pelaksanaan dengan anggota badan tang bertambah dan berkurang, menguat dan melemah, serta mengalami perubahan.                       (Asep Usman Ismail,2023,h.8)

Sebagaimana Rasulullah SAW dalam hadist Jibril:

(ia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang Iman".
Nabi menjawab,"Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk," ia berkata, "Engkau benar.")

   Iman adalah energi yang melahirkan solidaritas atau ikatan persaudaraan di antara orang-orang beriman. Iman juga merupakan kekuatan pada diri manusia yang membangkitkan semangat perdamaian dan tenaga yang mendorong orang-orang beriman sebagaimana disebutkan pada al-qur'an.                        (Q.S. Al-Hujurat:10) yang mana ayat tersebut berarti:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu dirahmati"

   Dalam Al-qur'an iman sering digandengkan dengan amal sholih. Iman mendorong amal sholih dan amal sholih menjadi indikator kualitas iman. Iman dan amal sholih tidak hanya mengantarkan manusia menjadi makhluk terbaik di dunia, tetapi juga menyebabkan manusia mendapat rahmat Allah SWT berupa surga di akhirat yang merupakan keberuntungan yang nyata dan pahala yang tiada terputus.

B. Islam

  Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam hadist jibril: 

وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ.

seraya berkata: ‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata: ‘Engkau benar.’ 

   Rukun-rukun Islam yang menjadi pondasi bangunannya memiliki pengaruh signifikan dan besar dalam mendidik kepribadian individu masyarakat dan lebih lanjut dalam mewujudkan kebahagiaan sosial. Hal itu terwujud manakala kaum muslim menjalankan rukun-rukun secara optimal dan ideal sesuai jalan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya. Juga Ketika mereka tidak sekadar menjalankannya sebagai sebuah rutinitas dan berdasarkan taklid belaka hingga tak membekas sama sekali dalam perilaku keseharian mereka, bahkan jauh dari citra ideal Islam yang sesungguhnya, di mana setiap individu membentuk sebuah masyarakat humanis yang utama dengan berhiaskan seluruh perilaku utama dan terjatuhkan dari segala perilaku nista.                                (Muhammad Fauqi Hajjaj,2013,h.241)

C. Ihsan   

   Adapun yang dimaksud dengan ihsan adalah seperti terlihat pada penggalan hadis Nabi SAW yang telah disampaikan. Nabi SAW bersabda:

 ..انََ تعبدَ الله كانكََ تراهََ فانَ لمَ تكنَ تراهََ فانه يراك ...

"... engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, apabila engkau tidak melihatnya, maka sesungguhnya Dia melihatmu... " 

   Dengan demikian, menurut Rasulullah SAW, ihsan adalah beribadah kepada Allah SWT, tetapi ibadah ini bukan formalitas, melainkan terpadu dengan perasaan bahwa sedang berhadapan langsung dengan Allah SWT. Sementara itu menurut Bahasa, ihsan berarti kebaikan yang memiliki dua sasaran. Pertama, memberikan berbagai kenikmatan atau manfaat kepada orang lain. Kedua, memperbaiki tingkah laku berdasarkan apa yang diketahuinya yang manfaatnya Kembali kepada diri sendiri.                                                     (Asep Usman Ismail,2023,h.20)

   Adapun menurut Al-qur’an dan sunah, kebaikan yang terkandung di dalam konsep ihsan tertuju kepada dua sasaran. Pertama, ihsan kepada Allah SWT, yaitu kebaikan kepada Allah SWT dengan beriman kepada-Nya secara total, melibatkan fisik, intelek, emosi, dan rohani secara terpadu seperti tercermin pada sabda Rasulullah SAW, “Engkau beribadah kepada Allah SWT seakan-akan engkau melihat kamu.” Kedua, ihsan kepada sesame manusia, yakni melakukan berbagai kebaikan kepada sesame seperti yang tercermin pada Q.S. Al-Qasas [28]: 77 yang artinya berbunyi, “… Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu …”Ihsan bukan hanya berbuat baik kepada sesame manusia, melainkan juga berbuat baik terhadap alam dan lingkungan hidup dengan melestarikannya guna kebaikan Bersama.

   Dengan demikian, pengalaman agama itu tidak hanya berdimensi syariat, tetapi juga berdimensi ihsan yang bertujuan untuk membimbing umat islam menjadi pribadi mulia, merasakan kedekatan dengan Allah SWT sekaligus membangun solidaritas sosial antara sesame umat manusia. Sebagai agama yang lengkap dan utuh, Islam membimbing manusia menjadi umat yang memiliki landasan keyakinan yang kokoh, mengamalkan ibadah vertical yang istiqomah, dan memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi kaum muslimin. Dalam pengertian fikih, syariat tidak dapat dipisahkan dari ihsan. Keduanya harus berada di atas penyangga akidah yang benar dan kokoh.                                                              (Asep Usman Ismail,2023,h.21-22)

   Iman, Islam dan Ihsan digambarkan seperti pohon, yang mana iman diibaratkan akar pohon, islam sebagai batang, dan ihsan sebagai buahnya. ketiganya bisa di bedakan, tetapi tidak bisa di pisahkan. Karena ke tiganya membentuk kepribadian muslim.

Penulis: Lola Syaidatul Zulha & Hamidullah Mahmud 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun