Oleh : Lola Alvina dan Sriyadi jurusan tari Institut Seni Indonesia SurakartaÂ
Sanggar Tari Brahmastra Kota Salatiga berhasil menjadi bagian tim duta seni kota Salatiga.Sanggar Tari Brahmastra berhasil menarikan tari garapan barunya di anjungan Jawa Tengah TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta.Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 2 Juni 2024 pukul 12.30 WIB di pendopo anjungan Jawa Tengah.Biasanya kegiatan ini berlangsung setiap 1 tahun sekali.Sanggar Tari Brahmastra membawakan tarian barunya yang berjudul "Bregada Prawira Retna". Tarian ini ditarikan 4 orang perempuan dengan menggunakan properti kuda lumping dan pedang.Tarian ini ditarikan oleh Lola Alvina Ariyani,Aluna Gitara Ramadhani, Alyvia Nela Nur Azizah, Ratu Aulya. Tari ini di ciptakan oleh bapak Gusnan Ardiana S.Pd.SD dan ibu Rahayu Kusriyani,pengajar tari ini adalah ibu Rahayu Kusriyani dan Sri Rahayu S.sn.,serta komposer musik tari tersebut adalah Henricus Aldi Kurnia Farellino. Tari ini menggunakan musik rampak dan menggunakan gamelan.Tarian ini ditarikan secara energik dan memiliki semangat yang tinggi, biasanya tari jaran kepang seperti ini ditarikan oleh laki-laki tetapi di sanggar Tari Brahmastra ini ditarikan oleh penari perempuan.
Tarian ini terinspirasi dari kehebatan pasukan prajurit wanita yang dibentuk oleh Pangeran Sambernyawa, pasukan ini terdiri dari wanita-wanita terbaik dan pilihan.
Pasukan Prajurit Wanita (Bregada Prawira Retna) ini selalu berada di sisi Pangeran Sambernyawa baik dalam peperangan melawan Kompeni Belanda maupun selama pemerintahan Praja Mangkunegara.
Pasukan ini dilatih dalam berbagai keterampilan seperti menguasai senjata panah, pedang, senapan, meriam dan berkuda, mereka juga terampil dalam berkebun, seni, pekerjaan rumah tangga, membaca dan menulis.
Pada suatu waktu pasukan ini sedang berlatih seni beladiri menggunakan pedang dan seni berkuda. Pasukan prajurit wanita ini memang dipersiapkan membantu Pangeran Sambernyawa dalam peperangan melawan Penjajah Kompeni Belanda.
Tarian ini dikemas dengan konsep seni jaranan kreasi dengan iringan gamelan pelog dan slendro semi komplit, sesekali divariasi dengan iringan Bende supaya tetap tidak meninggalkan unsur kerakyatan.
Untuk rias dan kostum lepas dari pakem tari klasik, menyesuaikan konsep jaranan kreasi yang berkembang saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H