Mohon tunggu...
lola anggraini
lola anggraini Mohon Tunggu... -

Lolais my name

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lontong, Monas & Resolusi 2015

19 Desember 2014   20:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:56 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14189710421312009171

Monas dan Lontong Sayur

Berbekal ke-random-an sang bos, siang itu dengan nada tak berdosa sama sekali bilang “Gimana kalo kita meetingnya di Monas aja, smbil ngemper sekalian makan siang.”

Bus City Tour pun jadi pilihan membawa kami ke monumennasional dengan ujung emas di tengah Ibu Kota. Maklumlah selain belum pernah naik Bus Tingkat itu, juga karena GRATIS. Hehehehe.Gak tau ya, karena sering banget ngincer gratisan, penulis dijuluki sebagai ‘Lelaki Gratisan’ oleh pasangan.

Bahkan zaman kuliah dulu,penulis sempat mendapatkan sebuah penghargaan sebagai orang ‘Yang paling ter-Gak Modal seangkatan’ tapi emang dasar urat malu udah setipis rambut dibelah tujuh, saat itu penulis bangga. Hahahahaha

Setelah muter-muter bak turis di Museum Nasional (Seberang Monas), sang bos akhirnya bimbang. Apakah akan pulang ke kantor & makan di kantor, atau tetap masuk Monas dan makan di tamannya yang (katanya) rindang.

Singkat cerita, Monas akhirnya jadi saksi bisu ke-random-an sang Bos hari itu. Seorang teman akhirnya ikutan  makan siang di sana membeli lontong sayur. Ternyata gak buruk juga ya makan dipelataran taman monas.

(Disingkat lagi ceritanya), lahirlah obrolan singkat dengan Pak Joko (Buka nama sebenernya, sumpah bukan!) si penjualLontong Sayur. Bapak bertopi Merah dengan lambang satu diantara klub sepakbola Inggris itu menceritakan bagaimana kucing-kucingan hamper setiap hari dengan petugas.

[caption id="attachment_360445" align="aligncenter" width="435" caption="Penjual Lontong Sayur di Monas"][/caption]

Karena emang gak boleh jualan di dalam. “Ya kalo temen-temen lainga ada yang masuk ke dalam kaya sekarang ini, ya saya juga ga masuk, mas. Paling di depan gerbang aja jualannya” katanya.

Ternyata, Pak Joko asal Wonogiri ini sudh 20 tahun hidup di Jakarta dan bsia mnenghasilkan penghasilan  kotor 4 juta dalam sebulan,2 juta bersih iuntuk dikirim ke kampong, tempat anak & istrinya tinggal. Entah kenapa penulis akhirnya sharing dengannya, tentang penghasilannya.

Bagaimana menggunakan rumus sedeerhana untuk menghemat pengeluaran yang menurutnya tidak menyisakan sedikitpun untuk ditabung. Awalnya Pak Joko agak ragu karena ia mengira saya danteman-temanlainnya adalah marketing lapangansebuah perusahaan investasi.

(dan akhirnyamengakui) “Saya agak takut kalo ketemu marketing-marketing yang belum  apa-apa baru ngobrolsaja trus langsung minta uang. Katanya bisnis investasi, tapi banyak temensaya akhirnya ketipu sampe jual sawah di kampungnya demi iming2an ga jelas”

Semoga tips sederhana yang penulis berikan kepadanya tentang bgaiamana mengelola gaji bulanan bisa dipakainya,merubah hidupnya setidaknya sedikit. Semoga.

2015 datang sebentar lagi, bagaimana resolusi financial kita ke depannya?

SIAPKAN, MANTAPKAN RESOLUSI FINANSIAL 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun