Batu bata merupakan aset panjang bagi warga Langkat
Langkat, tepatnya di kecamatan hinai Rumah tangga pengrajin industri batu bata semakin banyak muncul dan mengerjakan/mencetak batu bata yang mana bisa dijadikan sebagai sumber kehidupan warga tersebut Seluruh kebutuhan dicukupi dari hasil produksi berbagai sektor yang dikelola sendiri oleh warga. Dapur umum tidak pernah berhenti beroperasi untuk memenuhi kebutuhan untuk seluruh penduduk.
Dijelaskannya, proses pembuatan batu bata mulai dari cetak hingga bongkar membutuhkan waktu sekira 15 hari. Jika cuaca hujan, maka waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama lagi. Sementara jumlah batu bata setiap kali bakar dikilangnya bisa sebanyak 10.000 batu bata.Hari ini kami baru bisa membakar. Proses pembakaran sekira 2 hari lebih. Selah itu tidak bisa langsung dibongkar karena masih panas. Makanya kita tunggu hingga 4 hari baru bongkar,” jelas Pak Wanto
Untuk kendala dalam pengerjaan batu bata ini yakni adalah , susahnya pengeringan batu usai dicetak. Penyebabnya karena terik matahari yang kurang. Padahal, proses penjemuran batu yang baru dicetak sekira 4 hingga 5 hari. Apalagi kita sudah memasuki musim hujan saat ini yang mana pengerjaan semakin lama dan pemasukan bahan baku juga terhambat. Jelasnya
harga batu bata dikilang pengrajin normalnya hanya sekitar Rp270. Sedangkan jika pengiriman saat ini yang mungkin keluar kota mencapai Rp400 - 500.
Jadi inilah salah satu pendapatan pemasukan dari warga Langkat yang mana merupakan hampir setiap rumah/ pengrajin sudah bisa memproduksi batu bata Sendiri dengan menggunakan tenaga karyawan yang seadanya. Karena mulai dari sistem pengerjaannya dari manual sampai menggunakan mesin. Ujar Pak Wanto
Reporter : Lola Amalia Sibarani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI