Sidang skripsi atau istilah lainnya yaitu sidang munaqosyah adalah tahap akhir dalam proses penyelesaian studi mahasiswa tingkat sarjana atau Strata-1 (S1). Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DR. KH. EZ. Muttaqien, Purwakarta, telah sukses mengikuti Sidang Munaqosyah gelombang ke-3, pada hari Kamis dan bertempat di kampus STAI DR. KH. EZ. Muttaqien. (06/07/23)
Sidang Munaqosyah gelombang ke-3 tadi, diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai Program Studi (Prodi), dengan rincian 41 orang dari Pendidikan Agama Islam (PAI), 11 orang dari Pendidikan Bahasa Arab (PBA), 4 orang dari Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), 2 orang Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), 16 orang dari Ekonomi Syariah (Ekosy), dan 8 orang dari Hukum Keluarga Islam (HKI), dengan sebagian besar berasal dari angkatan 2019, tapi sebagian juga ada yang dari angkatan 2018 dan 2017.
Sidang Munaqosyah biasanya melibatkan sejumlah penguji, termasuk dosen pembimbing dan dosen penguji lainnya yang memiliki keahlian di bidang yang relevan. Tujuan dari sidang skripsi adalah untuk mengevaluasi pemahaman mahasiswa terhadap topik penelitian, kemampuan analisis, argumentasi, serta kemampuan presentasi dan komunikasi. Selain daripada itu, Sidang Munaqosyah kali ini berjalan dengan lancar sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Panitia Sidang Munaqosyah gelombang 3, Ibu A.D Kusumaningtyas, S.Sos., M.Si.
"Kalau ngomongin soal persiapan kirim ini ya apa namanya alurnya ya kan ada timeline sehingga ikutin itu saja. Tapi intinya, bahwa sebenarnya kan deadline-nya terakhir itu lebaran di tanggal tanggal 1 Juli 2023, tapi kan karena kemarin itu ada cuti yang membuat proses itu kan juga nanti terhambat menjadi 3 hari, dan kasihan kalau misalnya ada yang sedang mempersiapkan tapi nggak bisa mendaftar, maka panitia berdasarkan hasil diskusi dan hasil rapat dengan pimpinan, maka kemudian di extend  pendaftaran itu jadinya hari Senin 3 Juli 2023", jelasnya.
Sidang Munaqosyah tersebut berjalan dari pagi hingga sore hari, dengan dibagi menjadi 15 Majelis (ruangan) di berbagai tempat di STAI DR. KH. EZ. Muttaqien. Selain daripada itu, Ibu A.D Kusumaningtyas, selaku Kaepala Prodi KPI tersebut pun, memberikan semangat dan nasihat kepada para mahasiswa yang belum bisa mengikuti Sidang Munaqosyah.
"Ketika kita bicara soal tentang sidang munaqosyah, itu kan prosesnya adalah sebuah pertanggungjawaban, akhir dari penulisan skripsi, jadi jangan mikirin yang lain-lain dulu. Bu gimana dapat tanda tangan? Kalau misalnya kalau ngomong soal tanda tangan mah gampang, tapi kan dosen akan memberikan bila skripsinya selesai. Jadi, intinya fokus saja menyelesaikan skripsinya, dan kalau dosen yang memungkinkan ditemui sesering mungkin sampai si dosen itu bosen lihat mukanya, misalkan. Tapi kalau misalnya toh si dosen itu tidak bisa ditemui, tetapi kan bisa pakai akses lewat Email, WhatsApp dengan mengirimkan dokumen, lewat telepon dan sebagainya, yah intinya harus Intens berdiskusi dengan media-media itu dan bikin janji.
istilahnya namanya gini, pada hakikatnya setiap dosen meskipun mereka punya kesibukan masing-masing, tapi mereka akan lebih senang melihat apa namanya mahasiswa Itu kelihatan progresnya dibandingkan yang nggak, meskipun kadang-kadang ganggu kesibukan juga nggak jadi masalah istilahnya sepanjang waktu ganggu kesibukannya itu ada outputnya, jadi intinya nggak usahtakut atau sungkat lain sebagainya, tetapi kan sudah minta izin dan janji, Istilahnya sehingga kemudian proses itu tetap berjalan , dan pekerjaan yang anda sampai di bab tertentu itu bisa segera direview dan diberi masukan, daripada anda sudahlah saya give up atau tidak mau ketemu dosen, waktu nanti menjelang deadline sidang, baru datang", tambahnya
Banyak sekali tantangan dan rintangan yang dihadapi oleh para mahasiswa, baik itu ketika proses perkuliahan, melakukan kegiatan, atau bahkan penelitian. Namun, hal itu tidak lantas membuat surut semangat para mahasiswa untuk mengikuti Sidang Munaqosyah, seperti halnya yang dialami oleh salah satu peserta sidang paling tua, yaitu Ibu Ai Maryati, kelahiran tahun 1972 dari Prodi PIAUD, yang tidak patah semangat dalam belajar hingga sampai ke detik in.
"Alhamdulillah, walaupun pengorbanan saya banyak, meninggalkan pekerjaan, meninggalkan suami, anak, untuk itu saya kan jauh yah rumahnya dari Desa Panyindangan yang waktu itu longsor kemarin itu, sampai kesini itu naik ojek. Alhamdulillah saya disini sampai sidang munaqosyah, mengucapkan banyak terima kasih. Jadi motivasi saya begini, biar saya udah tua, tapi ilmu saya bisa menambah (pada) diri saya sendiri dan untuk mengemangkan sekolah saya", ungkapnya dengan penuh haru.