Mohon tunggu...
Lois Hintanara
Lois Hintanara Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

"Any man who reads too much and uses his own brain too little falls into lazy habits of thinking"

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pangan 2019: Sudah Kuatkah Ketahanan Pangan di Indonesia?

30 Oktober 2019   01:41 Diperbarui: 30 Oktober 2019   02:08 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Pangan Sedunia merupakan hari yang didedikasikan untuk beraksi dan mengatasi kelaparan yang terjadi di dunia. Hari pangan sedunia diperingati setiap tanggal 16 Oktober sejak tahun 1981. Pada tahun 2019 Hari Pangan Sedunia mengusung tema "Our action are our future, healthy diets" #zerohungerworld. Menilik dari tema tersebut, Seberapa kuatkah ketahanan pangan di Indonesia? Ketahanan Pangan merupakan suatu kondisi dimana pasokan pangan bagi negara sampai dengan perseorangan dalam negara tersebut terpenuhi sehingga dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Hal ini didasari bahwa seluruh rakyat memiliki hak untuk memperoleh pangan yang cukup. Bentuk ketahanan pangan dapat dilihat dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketahanan pangan yang kuat salah satunya ditunjukan dengan tingkat kelaparan yang rendah atau bahkan tidak ada lagi kelaparan atau zerohunger.

Indeks kelaparan dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator salah satunya kasus kurang gizi dari populasi penduduk. Adapun indeks kelaparan di Indonesia berdasarkan Global Hunger Index 2018 yaitu berada pada peringkat 73 di dunia dengan skor 21,9. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia memiliki masalah kelaparan tingkat serius yang memerlukan perhatian lebih. Dengan adanya Hari Pangan Sedunia, diharapkan adanya aksi untuk mengatasi kelaparan dan sekaligus memperkuat Ketahanan Pangan di Indonesia.Bentuk perwujudan ketahanan pangan salah satunya adalah tersedianya pasokan pangan. Kendala-kendala yang mempengaruhi tersedianya pasokan pangan antara lain kendala lahan, kurangnya inovasi teknologi produksi pangan, kendala infrastruktur, ketidakseimbangan produksi pangan antar wilayah, kendala kehilangan hasil panen dan pemborosan pangan yang tinggi. Berikut ini merupakan penjabarannya:

Pertama, kendala lahan yaitu kurangnya lahan untuk memproduksi pangan, hal tersebut dikarenakan banyaknya alih fungsi lahan untuk perumahan dan industri. Selain itu kendala lahan dilapangan yaitu menurunnya kesuburan tanah yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Kualitas lahan makin terdegradasi karena dampak penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang terus menerus dan berlebihan. Kedua, Kurangnya inovasi teknologi pangan mengakibatkan belum maksimalnya pengelolaan hasil komoditas. Inovasi sangat diperlukan untuk memperbaiki sistem budidaya tanaman, penanganan pasca panen dan penanganan distribusi agar semakin lebih produktif.  Ketiga, Kendala infrastuktur terutama akses jalan mengakibatkan kurangnya efisiensi dalam pendistribusian hasil pangan. Akses jalan yang sulit mengakibatkan mahalnya biaya distribusi, sehingga diperlukannya pemerataan ataupun perbaikan infrastuktur.

Keempat, ketidakseimbangan produksi pangan antar wilayah. Hal tersebut dikarenakan tingkat kesuburan dan kecocokan antara lahan dan varietas yang berbeda-beda. Ketidakseimbangan produksi pangan ini akan meningkatkan permasalahan upaya pemerataan pangan dan ongkos distribusi pangan, sehingga mempersulit penyediaan pangan secara merata ke seluruh daerah di Iindonesia. Bila tidak dilakukan pembangunan maupun perbaikan infrakstruktur antar wilayah, maka akan sulit untuk mengatasi ketidakseimbangan produksi antarwilayah.

Kelima, kehilangan hasil panen yang tinggi disebabkan karena ketidaktepatan penanganan pangan dari mulai saat panen sampai dengan pengolahan dan pemasaran. Hal ini tergantung dari komoditas (mudah busuk atau layu, mudah terkena hama dan penyakit), musim (musim panas atau dingin yang mempengaruhi daya tahan produk) dan teknologi yang digunakan pada saat panen maupun penganan pasca panennya.

Keenam, pemborosan pangan (Food waste) mulai dari pasar (membeli bahan pangan berlebihan tidak sesuai kebutuhan) kemudian disimpan dirumah dan dimasak namun tidak dimakan. Permasalahan pemborosan pangan di Indonesia dapat dilihat di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari antara lain banyaknya makanan yang terbuang di warteg, rumah makan, restoran, saat resepsi pernikahan dan acara-acara lainnya. Bahan pangan yang terbuang masih dalam keadaan mentah atau sebelum dimasak dan makanan yang sudah masak namun tidak dimakan seluruhnya. "Banyak yang membutuhkan, banyak juga yang membuang".  Pentingnya kesadaran menghargai makanan merupakan salah satu hal kecil yang perlu kita tanam dalam diri masing-masing. Bayangkan orang-orang yang kelaparan tidak mempunyai makanan untuk dimakan, berusaha keras untuk mendapatkan makanan sedangkan orang-orang yang berkecukupan bahkan yang mampu membeli makanan lebih membuang percuma makanan tersebut. Dengan menghargai makanan secara tidak langsung kita telah menghargai perjuangan para petani yang telah menanam dan berusaha keras untuk menyediakan bahan pangan. Petani mempunyai peran yang besar dalam menyediakan bahan pangan. Bayangkan saja bila tidak ada petani yang mau menanam atau memproduksi bahan pangan, maka akan banyak yang kekurangan makanan.

Ketahanan pangan tidak dapat diwujudkan jika hanya dengan mengandalkan pemerintah. Untuk mewujudkan ketahanan pangan diperlukan sinergitas antara pemerintah, petani dan Akademisi. Pemerintah membuat program pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas petani agar menjadi terampil dan berpengetahuan sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil usaha tani yang lebih baik dan diharapkan dapat menciptakan suatu ketahanan pangan. Diperlukan dukungan peranan para akademisi dalam hal perwujudan pengembangan dan inovasi produk pangan sehingga dapat memacu peningkatan nilai tambah daya saing dan keuntungan bagi produk pangan nasional yang akan dihasilkan melalui penerapan aplikasi teknologi untuk memenuhi kualitas kualitas produk pangan dan nilai kuantitas yang diharapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun