Aku duduk di sebuah warung kopi, menyalakan laptop kekasihku yang aku pinjam untuk menyelesaikan tugas akhirku sebagai mahasiswa. Biasanya aku akan memulai segala aktifitas dengan memutar lagu dari aplikasi youtube.
Lagu pertama yang sering aku putar adalah lagu berjudul sugih tanpo bondo dari Sujiwo Tejo, lagu ini aku pilih sekedar mengingatkan jiwa untuk selalu berpasrah pada Tuhan yang esa. Juga agar aku semangat menyelesaikan tugas akhir dan kemudian melamar kekasihku.
Kali ini berbeda, aku membuka laptop kemudian mencari nama komposer kelas dunia, Frederic Francois Chopin. Kemudian youtube menampilkan banyak sekali video yang berhubungan dengan pria kelahiran Polandia tersebut, aku kemudian tertarik untuk membuka video dengan judul Chopin dan Liszt.
Anda para pembaca dan pencari perenungan tentu sudah tidak asing lagi dengan dua nama komposer terbaik di zamannya tersebut. Franz liszt yang lahir di Hungaria pada tahun 1811 tersebut bahkan telah melahirkan 700 komposisi musik, dan sekaligus tokoh dari musik era romantik.
Musik romantik ada ketika tahun 1815 hingga 1910, uniknya musik romantik bukanlah musik yang melulu berbicara soal cinta atau romantisme senja dengan dua sejoli memadu kasih. Jika mau lebih cerdas untuk menelusuri pada masa itu gelombang romantik tidak hanya dalam dunia musik, dunia sastra dan juga filsafat juga mengalami musik tersebut. Lebih jauh lagi, musik romantik adalah gelombang perasaan dari pencipta ataupun pemusik untuk diungkapkan pada sebuah lagu.
Gerakan musik romantik ini berlatar belakang dari berbagai gerakan revolusi di dataran Eropa, sehingga jika jiwa anda peka maka akan bisa merasakan jiwa pemusiknya untuk bisa bebas dari segala belenggu yang mengikat jiwa. Mendengar alunan musik dari Chopin maupun Liszt akan membuat jiwa terbang keawan tinggi kemudian anda akan melihat kebawah tentang penderitaan masyarakat miskin.
Lantunan musik dua komposer dunia tersebut tidak banyak membicarakan cinta dua sejoli, tapi lebih pada kecintaan jiwa, kerinduan jiwa untuk kembali bebas dan kemudian bisa menjadi manusia tunggal yang bebas melakukan apapun tanpa belenggu.
Ketukan piano yang pas dibalut dengan perasaan pemusik yang galau untuk bisa cepat-cepat bertemu dengan kebebasan akan menyayat hati pendengarnya. Ada sebuah cerita menarik, Sri Krisna dengan serulingnya mampu membuat para pendengarnya terdiam. Tiupan sri krisna tersebut merupakan bius ampuh bagi jiwa seseorang.
Seruling Sri Krisna dan juga bunyi musik piano dari dua pemusik dunia tersebut hampir sama, yakni sama-sama luapan batin dan gejolak kegalauan dari manusia untuk menjadi bebas. Itu semua tidak terjadi pada manusia yang masih terbelenggu dengan sesuatu, mereka harus melepaskan segala sesuatu sehingga buah karyanya bisa abadi dan dikenang.
Terakhir sebelum aku melanjutkan tugasku, dengan diiringi musik romantik aku membuat puisi romantik. Suasana malam ini dengan guyuran grimis tipis memang mendukung untuk menghasilkan sebuah karya seni, aku tidak membuang moment ini dengan hal kosong. Tapi niat itu aku urungkan karena aku takut dikatakan penyair yang sukanya menangkap momen tapi lupa untuk merasakan.
kehidupan dari momen yang ditangkap tersebut, misal seperti berbicara kemiskinan tapi dia sangat glamor tidak mau berteman dengan masyarakat miskin.