Belum lama ini aku mengikuti kuliah yang diadakan oleh kawan HMI dengan mendatangkan narasumber tokoh sastra besar yang memiliki nama Soesilo Ananta Toer, adik dari Pramoedya Ananta Toer. Banyak yang hadir dalam acara itu, termasuk kekasihku. Khusyuk sekali dia mendengar ceramah dari Om Soesilo.
Awal dari ceramah adalah yang tidak terlalu penting, mengenai perjalanan hidup Om Soes ketika kecil dan menginjak dewasa hingga kuliah di Uni Soviet. Kawan-kawan tertawa ketika beliau berkata, "untuk jadi pintar maka berpacaranlah," Termasuk kekasihku yang duduk tepat di samping kananku.
Tapi kemudian ketika beliau berkata, "carilah hakikat dirimu untuk menjadi manusia tunggal yang sejati," Ingatanku melayang jauh pada sosok Soren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche dan sosok penuh cinta yang tidak romantis Jean Paul Sartre. Aku ingat betul mereka membawa faham bahwa manusia harus menjadi manusia tunggal tanpa adanya batasan-batasan.
Kata-kata om Soes selanjutnya sudah tidak menarik lagi bagi diriku, seolah inti dari kuliah kemarin yang saya tangkap adalah mengharuskan diriku dan juga peserta lain untuk menjadi manusia sejati. Manusia tunggal dengan tujuan dan pemikiran orisinilnya. Karena seperti kata beliau untuk menjadi benar-benar manusia harus menjadi manusia tunggal terlebih dahulu.
Kulihat kekasihku, dia masih khusyuk mendengarkan, ku terka apakah dia paham maksud om Soes tadi. Sementara aku sudah tidak terlalu tertarik lagi dengan ceramah ini. Maka aku hanya menghisap rokokku sambil guyonan dengan temanku dari Tulungagung di sisi kiriku. Sambil sesekali menyusuri tokoh yang menurutku sudah menjadi manusia tunggal.
Sastrawan besar bernama Poe menyusup di pikiranku. Dia adalah sastrawan yang pada zamannya dianggap sebagai pemabuk dan suka main perempuan. Dialah sastrawan yang saya anggap menjadi manusia tunggal karena bisa bebas menjadi dirinya sendiri tanpa terikat oleh waktu, adat ataupun agama.
Hari semakin malam, dan acara kuliah umum sudah selesai. Kesimpulan malam itu adalah, jadilah dirimu sendiri. Jangan menjadi Soesilo, Pramoedya, Cak Nun, Gus Mus, Seno atau yang lainnya. Tapi jadilah dirimu sendiri dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang melekat pada dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H