Mohon tunggu...
Agafe Logos Silvester Naibaho
Agafe Logos Silvester Naibaho Mohon Tunggu... wiraswasta -

wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi : Era Reformasi Sudah Berakhir, Sekarang Era Indonesia Hebat

16 Mei 2014   06:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:29 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JOKOWI : ERA REFORMASI SUDAHBERAKHIR, SEKARANG ERA INDONESIA HEBAT

Sepertinya pemberitaan saat ini yang sedang hangat-hangatnya adalah pemberitaan tentang siapa Cawapres Jokowi. Apakah yang muda atau tua, jawa atau luar jawa, muslim atau non muslim, militer atau sipil, praktisi hukum atau ekonom, partai atau professional.

Seandainya bila kita telisik lebih jauh sebelum Pileg, Jokowi mengharapkan menang gede dari Pileg tersebut adalah untuk menghindari sifat-sifat praktek dari dagang sapi seperti di dalam menentukan siapa Cawapresnya siapa calon-calon menterinya. Tetapi realitasnya adalah PDIP harus bekerjasama dengan partai-partai lain untuk dapat mencalonkan seorang Presiden di dalam Pilpres nantinya.

Jadi Jokowi pun menerapkan strategi dengan istilah “bekerjasama” bukan “berkoalisi” di dalam mewujudkan Pemerintahan yang baik dan benar untuk memajukan Indonesia, dengan ada atau pun embel-embel jatah Cawapres ataupun Menteri di depan di dalam mengajukan syarat bekerjasama tersebut.Artinya disini Jokowi ingin menerapkan bahwa Jokowi tidak mau didukung pencalonannya sebagai Presiden tetapi sembari pistol tetap ditodongkan di kepalanya.Disini kita dapat menarik arti dari kalimat tersebut bahwa Jokowi ingin mengharapkan keikhlasan dari partai-partai pendukungnya, apabila memang berniat ikhlas mendukung Jokowi sebagai presiden tanpa embel-embel dibelakangnya., dukunglah dengan tulus. Ketika akhirnya Jokowi memenangkan pertarungan sebagai Presiden, sebagai orang baik, tentu tidak akan lupa memberikan sesuatu, tetapi itupun bukan yang menentukan adalah partai politik tersebut, tetapi adalah Jokowi secara khusus dimana bila memilih pembantu-pembantunya atau menteri bukan sekedar sorongan dari partai, tetapi karena Jokowi melihat bahwa sorongan-sorongan dari Partai tersebut memang cocok atau layak untuk mengisi posisi Menteri tersebut, layak dengan latar belakang, jejak pendidikan dan keahliannya. Jadi disini Jokowi bermaksud jangan ada paksaan seperti misalnya PKB menginginkan jatah menteri Riset dan Teknologi harus diisi oleh seorang Ahmad Dhani. Jokowi dengan tegas menolak, karena itu tidak sesuai dengan latar belakangnya. Jadi kira-kira seperti itulah yang diinginkan oleh seorang Jokowi, yaitu penempatan menteri sesuai dengan kapasitasnya dan kemauan untuk bekerjasama memajukan Indonesia tersebut.

Ketika akhirnya belakangan ini “banteng kurus“ ini sudah mulai gemuk, maka akan semakin kesulitan bergerak. Kesulitan disini karena semakin banyak lagu-lagu permintaan yang harus dipenuhi dan memerlukan keseimbangan untuk menjaga perasaan-perasaan tim kerjasama yang mendukungnya. Ibarat buah simalakama, dimakan salah, tidak dimakan salah. Jadi kalau menurut penulis, lagu-lagu permintaan tersebut haruslah diredam terutama untuk posisi Cawapres. Posisi Cawapres alangkah baiknya di luar dari Partai, baik dari partai PDIP maupun partai-partai pendukung lainnya. Maksud penulis disini Jokowi harus mengambil tokoh2 profesional untuk jadi Cawapresnya yang sudah punya rekam jejak yang baik, dan juga untuk menghindari sakit hati sekutunya yang merasa cawapres yang diajukannya tidak diakomodir. Bagaimana tidak. Seandainya apabila Jokowi memilih Ical jadi Cawapres apa tidak sakit hati tuh si Nasdem yang merasa dia yang pertama kali masuk mendukung PDIP mencapreskan Jokowi kok merasa tidak dianggap.

Jadi penulis merasa sebaiknya Jokowi memilih Cawapres itu berasal dari kalangan Profesional yang bisa diterima dengan baik oleh partai-partai pendukung. Sehingga para partai-partai pendukung merasa tidak dianaktirikan oleh PDIP ataupun Jokowi.

Jadi era reformasi mulai tahun 1998 sampai sekarang akan ditutup di tahun 2014 ini, menuju era Indonesia hebat. Era reformasi yang menurut penulis terlalu lama dan panjang dan pemainnya masih yang itu-itu saja akan ditutup oleh Era Indonesia Hebat yang muda-muda. Para pemain-pemain Reformasi yang sudah diberikan kesempatan alangkah baiknya hanya sekedar jadi pemberi nasehat ataupun jadi penonton, karena mereka sudah diberi kesempatan begitu panjang. Jadi era Indonesia Hebat adalah era dimana para tokoh-tokoh atau pelaku-pelaku reformasi mulai mundur secara legowo atau dimundurkan. Seperti Megawati sudah mulai mundur memberikan estafetnya kepada Jokowi, Amien Rais yang pergerakannya seperti nya sudah tidak dianggap, Wiranto, Habibie, Prabowo, Sutiyoso, SBY, Jusuf Kalla dan tokoh-tokoh lainnya mulailah mundur teratur dan nikmatilah masa tuamu dengan perbuatan-perbuatan baik dan pernyataan-pernyataan yang baik, karena selama ini anda pelaku-pelaku reformasi sudah diberikan waktu dan kesempatan yang banyak untuk melakukan perubahan. Dengan mulai mundur teratur, anda-anda sudah membantu Generasi-generasi berikutnya Berjaya dan bahu membahu menuju Indonesia Hebat tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun