Polemik penamaan Bandara Internasional Lombok (BIL) terus bergulir. Polemik ini disebut-sebut menggiring dua ormas besar seperti Nahdlatul Ulama dan Nahdlatul Wathan (NU-NW).
Polemik ini bergulir sejak BIL diganti menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM). Buntut penamaan ini membuat pihak-pihak yang tidak setuju menurunkan papan nama bandara tersebut.
Tak sampai di situ, ulah penurunan papan nama ini juga rupanya dibawa-bawa ke ranah hukum. Tindakan itu dianggap upaya melanggar hukum lantaran merusak fasilitas milik negara.
Sadar dengan potensi konflik yang ditimbulkan dari gesekan ini, Polda NTB mempertemukan kedua tokoh ormas tersebut. Kedua pihak dipertemukan dalam kegiatan silaturrahmi dan doa bersama.
Perwakilan tokoh NU, TGH Ma'arif Makmun Diranse mengatakan, persoalan penggantian nama BIL hendaknya semua pihak menempatkan faktor kedamaian. Jangan sampai keributan ini membenturkan pemuka NU dan NW.
"Kami masih ada hubungan emosional, sahabat dan teman," ucapnya, Rabu (6/1).Â
Lebih dalam, TGH Ma'rif juga menyinggung tentang adanya hubungan silsilah keguruan di antara mereka. Lantaran itu, kisruh nama bandara jangan dikait-kaitkan dengan kedua ormas, NU dan NW.
"Mari kita serahkan kepada pemerintah dan yg berwenang," ucap Pimpinan Ponpes Manhalul Ma'arif Darek itu.
Sementara perwakilan organisasi Nahdlatul Wathan (NW), TGH Yusuf Makmun mengatakan, dalam kehidupan selalu beriringan dengan masalah. Namun permasalahan tidak semestinya menjadikan tercerai berai.terlebih lagi jika berakhir dengan konflik sosial berkepanjangan.Â
Pihaknya berharap perbedaan yang ada khususnya terkait nama bandara disikapi dengan arif dan bijaksana.
"Semoga perbedaan jangan menjadikan suatu masalah, karena sudah sewajarnya dalam hidup pasti ada masalah. Mari jadikan perbedaan menjadi sebuah kebersamaan," katanya.Â