Sejarah telah mencatat bahwa perjalanan panjang negara gagah kita yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak pernah lepas dari campur tangan pemuda dan mahasiswa.
Pada era sebelum kemerdekaan pemuda dan mahasiswalah yang mempelopori sebuah gerakan mempersatukan rakyat Indonesia. Sebut saja, Ir Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir adalah bagian dari banyak tokoh kala itu dengan gagah tampil menjadi perintis kemerdekaan di masa muda, mahasiswanya.
Di Era Kemerdekaan, mundurnya Ir. Soekarno sebagai presiden Indonesia digantikan Jend. Soeharto, pun tidak lepas dari campur tangan mahasiswa dengan "TRITURA"-nya (Tiga Tuntutan Rakyat). Sedangkan pada era Orde Baru, pergerakan mahasiswa tetap tidak berhenti, meski sempat mendapat halangan dan tantangan dari pihak militer. Puncaknya, pada tanggal 21 Mei 1998, mahasiswa kembali berhasil menjadi penggerak masyarakat dalam meruntuhkan rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.
Pada masa keemasan kala itu, mahasiswa sangat berpengaruh, mendengar nama mereka saja orang sudah berdecak kagum dan iri. Mahasiswa kerap dijuluki agen perubahan disebabkan budaya membaca, menulis, dan diskusinya sehingga diyakini memiliki kemampuan intelektual yang mumpuni untuk ikut andil dalam menentukan arah negara. namun itu dulu, bisa jadi itu hanya akan jadi catatan cerita indah masa lampau.
Di era revolusi industri generasi keempat atau biasa disebut dengan Revolusi Industri 4.0. tantangan yang dihadapi mahasiswa kian berat, dengan jalan berliku nan terjang. Di era gila ini antara fantasi dan realitas hampir tak berbatas satu sama lain, situasi dimana keyakinan dan perasaan pribadi lebih berpengaruh dalam pembentukan opini publik dibandingkan fakta-fakta objektif.
Arus perkembangan era ini membuat perubahan yang sangat signifikan menggerogoti semangat mahasiswa dan membentuk cara berpikir instan dan praktis.
Kalangan mahasiswa dewasa ini seakan berpikir seperti orang aneh yang tersesat dalam kegelapan zaman. Mahasiswa yang penuh dengan jiwa revolusioner, perjuangan kekritisan dengan semangat pergerakan demi sebuah jalan kebenaran rasanya perlahan seakan memudar.
Kalau kita berani jujur dengan berkaca pada situasi saat ini. Fakta-fakta lapangan telah menunjukkan dengan sangat gamblang bahwa gerakan mahasiswa saat ini seperti 'lonceng kematian' menggema di gendang telinga kita (meminjam istilah Freidrich Nitzcshe).
Idealisme mereka tergerus Padahal itu merupakan salah satu modal istimewa yang wajib dimiliki. sebab, dengan semangat itulah mereka dapat menggoreskan tinta emas peradaban.
Semangat revolusioner kini tak lagi diwarisi mahasiswa. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi mengubah pola pikir mereka menjadi individualis apatis dan cenderung hedon, tugas sabagai kontrol sosial kini dilewatkan begitu saja. sedangkan kebijakan-kebijakan pemerintah seringkali diselesaikan di meja atau kolomnya.
Mahasiswa kini cenderung merasa tak memiliki beban dan secara tidak langsung dapat dikatakan telah gagal mewarisi semangat perubahan para pendahulu dan itu terlihat pada absennya mahasiswa dalam gerakan sosial yang seharusnya mereka jadi garda terdepan, motor penggerak perubahan dalam upayanya memperjuangkan hak-hak masyarakat.