Mendengar nama Sidoarjo, tentu tak lepas dari image lumpur Lapindo. Padahal pada era 1042-1130 M, Sidoarjo berperan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Janggala yang menduduki wilayah yang saat ini menjadi Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Di masa pendudukan Belanda pada 31 Januari 1859 diberlakukan pemisahan wilayah antara Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare (nama Sidoarjo di era penjajahan Belanda). Oleh karena itu, Kabupaten Sidoarjo memiliki pondasi dan riwayat historis yang kuat dengan Kota Surabaya.
Dalam perkembangannya, Kabupaten Sidoarjo tak bisa dilepaskan dari Kota Surabaya, sehingga fungsi Kota Surabaya sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan di Jawa Timur tak lepas dari peran dan dukungan Kabupaten Sidoarjo. Dua moda transportasi penting ditempatkan di wilayah Sidoarjo seperti terminal Purabaya (Bungur) dan Bandara Internasional Juanda. Juga intitusi pemerintahan tingkat provinsi ditempatkan di Sidoarjo, misalnya Pangkalan TNI AU, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Kehutanan, dan lain-lain. Selain itu, Sidoarjo termasuk dalam kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek, yakni kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Bangkalan). Kawasan ini menjadi lokomotif industri di Jawa Timur.
Secara administratif, kabupaten seluas 591, 59 km2 ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di bagian utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di bagian selatan, serta Kabupaten Mojokerto di bagian barat. Pembagian wilayahnya terdiri dari 18 kecamatan yang terbagi menjadi 325 desa dan 28 kelurahan. Kecamatan tersebut antara lain mencakup Kecamatan Sidoarjo, Candi, Buduran, Tanggulangin, Jabon, Porong, Krembung, Tulangan, Prambon, Tarik, Balongbendo, Wonoayu, Krian, Sukodono, Taman, Gedangan, Sedati, dan Waru.
Dilihat dari topografinya, Sidoarjo berada di dataran rendah dengan suhu rata-rata antara 24-33°C. Dengan kata lain, wilayah Sidoarjo cenderung panas dan mendapatkan sinar matahari yang melimpah. Sidoarjo dikenal pula sebagai daerah delta karena diapit oleh dua sungai besar pecahan Sungai Brantas, yakni Kali Porong dan Kali Mas.
Dari sisi ekonomi, Kabupaten Sidoarjo terkenal sebagai pusat industri di Jawa Timur, mulai dari industri besar, menengah, kecil, sampai rumah tangga. Paling tidak terdapat 41 sentra industri di Sidoarjo yang bervariasi dari bidang pangan, logam, tekstil, kerajinan, dan lain-lain.
Dari hal-hal mendasar di atas, Kabupaten Sidoarjo termasuk kawasan maju dan sangat berpotensi untuk terus berkembang apabila dikelola dengan bijak dan cerdas.
Kabupaten/Kota yang cerdas dilihat dari konsep yang membantu masyarakatnya agar dapat mengelola sumberdaya juga dilengkapi teknologi informasi yang memudahkan aktivitas. Konsep ini tidak berhenti pada daftar ide-ide inovatif dan brilian, tetapi kabupaten yang cerdas sangat sensitif dengan potensi daerah dan perkembangan zaman.
Agar Sidoarjo menjadi kabupaten yang cerdas, saya memimpikan terwujudnya hal-hal berikut:
1. Pemerintah yang cerdas dan mencerdaskan
Pemerintah yang mencerdaskan warganya, yang terus berupaya membagikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakatnya. Misalnya kursus masak bergizi bagi ibu hamil, pengetahuan memanfaatkan teknologi informasi, membuat situs, dan sejenisnya. Pemerintah tersebut tidak bersembunyi di balik ucapan "masyarakat sekarang sudah cerdas dan bisa memilih". Sudah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menanamkan pengetahuan tersebut baru dapat menepuk dada bahwa masyarakat Sidoarjo sudah cerdas dan dapat diandalkan.