Mohon tunggu...
Nur Lodzi Hady
Nur Lodzi Hady Mohon Tunggu... Seniman - Warga negara biasa

Seorang pembelajar yang mencintai puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Aku, Hutan dan Singa

26 Maret 2014   06:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:28 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah perjalanan malam aku disergap gelap yang hitam sekali, sebuah gelap yang tak biasa. Sembari mengerjap-ngerjapkan mata, dengan kuat pikiranku berupaya menemu cahaya, betapapun kecilnya.

Dan, "cling!!" tiba tiba aku merasa tubuhku dikerubungi oleh kabut putih tipis yang lembut. Hawa hangat perlahan meranggas, meresap halus di pori kulitku. Dan sebelum habis keterkejutan itu aku kupahami, kabut tersebut sudah membubung lagi dengan derasnya hingga tak ada apapun yang tampak terlihat kecuali warna putih yang teramat tebal; sebuah putih yang sungguh tak biasa.

Ada saat dimana aku lantas mendapati tubuhku tergulung dengan hebatnya. Dan sebelum benar-benar hilang kesadaran, masih dapat kurasakan hempasan yang teramat kuat. Tak ada reaksi lain yang kulakukan saat itu kecuali memejam rapat-rapat dan menekan dengan keras gerahamku dengan sedikit tenaga yang tersisa. Bermaksud sejenak mencuri lihat apa yang sebenarnya terjadi aku pun lalu membuka kelopak mata: bubungan kabut putih itu kian berlapis-lapis dan aku mendapati tubuhku menukik cepat di dalamnya..

Dalam pingsan yang tak kuketahui berapa lama, aku tiba-tiba merasakan sebuah benturan keras terjadi. tubuhku menggelinding di antara bebatuan kali yang panas. Aku siuman seketika saat tenggorokanku tersedak air: "Api!!" ya, aku mendapati diriku sudah terhimpit di tengah belantara api dari hutan yang sedang membara, tanpa jalan keluar.

Udara panas baru kusadari menyengat dari segala penjuru. Mataku berkunang-kunang kembali ketika asap dari kebakaran itu seolah mengarah kepadaku seluruhnya. Aku tergulung kembali di bubungan tebal asap yang tadinya kusangka kabut. "Ohh!!" rontaanku sia sia. Dan di detik terakhir kesadaran, darahku tersirap saat mendengar hutan itu membisikkan sesuatu di telingaku dengan suara yang teramat parau,

"Singa selalu melindungiku. kalau singa tak kunaungi dan pergi dariku, pasti ia akan ditangkap oleh manusia. Dan sekarang inilah keadaanku, aku dan singa sama-sama binasa. Singa yang tak berhutan dibunuh manusia, hutan yang tak bersinga... dijarah manusia..."

Aku tak tahu apa yang kemudian terjadi saat pingsan kembali menelanku bulat-bulat.

~ Cry for Riau ~
Jakarta, 25 Maret 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun