Jurnalis harus bisa menerima data dari berbagai sumber dan memahami status data yang diterima.
Misalnya, jurnalis harus bisa mengolah data dan menampilkan (memvisualisasikan) apa yang sedang terjadi, apakah data tersebut berisi data publik dan mana yang tidak. Sehingga itu mudah dicerna dan menarik.
Era Kolaborasi
Perkembangan media berbasis internet telah mengubah proses produksi dan konsumsi informasi. Internet dapat menyampaikan informasi dalam berbagai format. Gabungkan teks, gambar, audio, video, dan bahkan animasi sekaligus, atau beberapa bahkan semuanya secara langsung (Yudhapramesti, P. 2015:8).
Setiap orang yang terhubung dapat menjadi konsumen dan produsen berita. Banyak orang menggunakan Internet untuk mengirim atau bertukar berita, membuat blog dan situs web, dan mencoba menggunakan media sosial.
Namun tidak semua orang bisa bertahan, hanya orang-orang yang paham akan teknis jurnalisme yang kebanyakan dapat bertahan.
Hal itu menjadi tantangan bagi jumalis yang harus mampu menawarkan value bagi khalayak, dengan cara-cara yang dibutuhkan dan disukai khalayak.
Dalam sebuah kajian McAdams tahun 2014 yang berjudul "Re)defining multimediajournalism", menjelaskan Sebuah karya dapat berbentuk kaiya teks saja, gambar saja, audio saja, video saja, atau kombinasi dari sebagian bentuk tersebut, atau kombinasi dari semuanya
Sebuah karya yang dibuat dalam beragam format atau multimedia journalism akan lebih punya daya tarik bagi khalayak (McAdams, M., 2014).
Dapat disimpulkan adanya ketersediaan teknologi komunikasi dan informasi serta keberadaan jurnalis dan jurnalisme, mengubah kebiasaan produksi dan konsumsi informasi.
Khalayak yang pada era media konvensional masih terbatas akan ruang dan waktu, hanya menunggu informasi dari jurnalis yang bekerja di media, sekarang khalayak dapat aktif mengkonsumsi informasi yang lengkap, akurat, cepat, tepat, mudah dan murah yang mampu menembus batas ruang dan waktu dan sekaligus memproduksi informasi melalui web site, blog, media sosial. (Rosana, A. S.,2010:4)