(Moonlight Company oleh Timothy Michaels Flores. Ilustrasi: Fineart America)
"angin malam, maukah kau memberitahuku?"
Aku duduk termenung di pesisir pantai sembari memandang langit malam. Terlihat bintang-bintang bersinar terang, bersama sang candra yang menampakkan diri dari balik awan. Semilir angin malam turut membawa kesyahduan harmoni lautan. Aku pun semakin larut dalam perenungan.
Diriku sedang dilanda oleh kegundahan. Sepanjang waktu aku terus berpikir, apakah yang menjadi tujuanku selama mengarungi samudera kehidupan ini? Mungkinkah keberadaanku hanya berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak yang bermakna sedikitpun? Mengapa aku seringkali menganggap kalau kehidupan orang lain lebih bermakna bila dibandingkan dengan diriku sendiri? Jika demikian, apalah artinya aku hadir di antara semesta yang amat demikian luasnya ini?
Kulantunkan sebuah nyanyian. Nyanyian sebagai perwujudan dari isi hatiku yang selama ini terpendam sekian lama. Bersama dengan angin malam yang turut hadir menemani dan menjadi bagian dari inspirasiku.
Oh angin malam Kau hembuskan harmoni dalam jejak keheningan Menemani diriku kala berada dalam kehampaan Menyingkirkan gundah gulana dalam setiap tiupan Menghadirkan mimpi dan harapan dalam setiap bisikan
Oh angin malam Dapatkah aku seperti bintang yang bersinar terang? Aku ingin hadir menemani sang candra yang kesepian
Oh angin malam Dapatkah aku menemukan makna kehidupan? Aku ingin merasai nafas karuniamu yang terpendam
Oh angin malam Terbangkanlah sayap-sayap perak milikku ini Bersama impian yang melayang jauh di ujung angkasa Berusaha menjelajah setiap sudut semesta dunia Menyapa insan kehidupan dengan senyum kebahagiaan
Tanpa kusadari, seseorang turut mendengarkan nyanyianku. Aku lantas menoleh ke belakang. Ternyata ia adalah sosok yang kukenal sejak lama. Ia berusaha menghibur, sekaligus turut mengutarakan isi hatinya padaku.