Mohon tunggu...
Locke Demosthenes
Locke Demosthenes Mohon Tunggu... -

Melihat dari sisi yang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cabut Subsidi BBM, Sebuah Pemikiran

4 September 2014   03:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:40 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menaikkan BBM = menambah penderitaan rakyat miskin adalah sesuatu yang sangat gak masuk akal. Lha rakyat miskin gak beli BBM kok. Karenanya perlu dilihat lebih dalam apa yang menyebabkan rakyat miskin merasa makin menderita dengan kenaikan BBM.

Rakyat miskin menderita karena BBM naik = harga barang naik. Kenapa BBM naik menyebabkan harga barang naik? Karena infrastruktur Indo jelek, biaya distribusi barang mahal banget.

Kenapa infrastruktur jelek? Karena duitnya habis buat subsidi. 300 trilyun setahun. 300 trilyun kalau buat bangun jalan dan rel kereta bisa buat berapa ribu kilometer tuh. Jika biaya distribusi ini bisa ditekan, maka kenaikan BBM kecil dampaknya pada kenaikan harga barang.

Jika infrastruktur maju = transportasi lancar = mendorong investor asing masuk = menambah lapangan kerjaan = mengurangi rakyat miskin.

Indon harus sadar kalau kita sekarang ini net importer BBM. Produksi sekarang cuma 800 ribu barel minyak mentah sehari (dan condong terus menurun), kebutuhan > 1.2 juta barel sehari dan itupun terus meningkat.  Memangnya kenapa Indonesia keluar dari organisasi negara pengekspor minyak (OPEC)? Karena gak kuat bayar iuran keanggotaan?

Dan sekarang harga minyak mentah dunia masih di bawah $100 per barel. Bagaimana kalau harga minyak menjadi >$200 per barel? Atau $300 per barel? Apa gak bangkrut negara ini? Tahun 1999 saja harga minyak mentah hanya $17 per barel. Secara logika minyak suatu saat akan habis, cadangan terbukti minyak di Indonesia sendiri diperkirakan hanya sampai 10 tahun ke depan. Semakin menipisnya cadangan minyak maka produksi makin menurun sehingga harga makin naik.

Karenanya tidak ada pilihan, subsidi BBM harus DICABUT, sekaligus. Hanya sekadar mengurangi subsidi hanyalah menunda bom waktu. Jika hanya dikurangi, maka tiap tahun kita akan menghadapi keributan yang sama. Konsumsi BBM terus meningkat, harga minyak terus naik, anggaran makin jebol.

Bagaimana dengan korupsi? Saat ini susah mengharapkan Indonesia tanpa korupsi. Korupsi adalah bagian dari budaya yang sudah mendarah daging. Budaya pemalas, suka semaunya sendiri, gak mau kerja keras, suka menyalahkan pihak lain (pemerintah, asing) itu semua ujungnya pada korupsi. Karenanya susah mengharapkan korupsi bisa dibasmi dalam waktu singkat. Ngomong memang gampang. Tapi korupsi tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak melakukan pembangunan. Kalau nunggu korupsi hilang dulu baru membangun, keburu bangkrut duluan negara ini.

Indon harus melupakan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam, karena condong membuat rakyat terlena dan merasa berhak hidup makmur tanpa perlu usaha. Entah SDA kita dirampok asing apa gak, tidak relevan disini. Harus ada revolusi mental bahwa Indon hanya  bisa survive dengan mengandalkan kualitas SDM. Negara yang miskin SDA seperti jepang dan singapore justru makmur karena kualitas SDM nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun