Mohon tunggu...
Daniel Simanullang
Daniel Simanullang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lucid Dreamer/ Tarot Reader/ Pengamat Sepakbola/ Pecinta Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dengan Atau Tanpa Dirinya Aku Akan Menantang Matahari

22 Agustus 2014   08:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:53 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini aku mengunjungi salah satu sosok tertua di alam semesta yang tercatat mampu mengguncang hegemoni para dewa. Garuda, dia adalah Garuda kendaraan Sang Indra dan juga pengawal Panji Kebanggaan Airlangga. Dalam dunia nyata aku mengetahui bahwa Garuda dilahirkan dengan doa dan harapan bahwa akan ada tandingan Indra yang perkasa,tapi bukan dewa karena tidak baik jika ada dua Indra. Saat ia menguggat amarta dan juga para naga, alam semesta pun masgul dengan tingkah polahnya yang memperjuangkan kehormatan ibunya.

Kali ini aku mengunjunginya di kediamannya yang mengagumkan. Aku mengunjunginya untuk bercerita banyak hal mengenai perjalanan hidup dan juga harapan untuk orang-orang tersayang dari sisi dan cara pandang sosok yang begitu perkasa dan tanpa tanding.

" Hei Garuda lama sudah aku tidak mengunjungimu, bagaimana kabarmu Garuda?"

" Denish, selamat datang di kediamanku yang sederhana , lama juga tidak bertemu dengan kamu sobat." ucapnya sambil terbang rendah ke arahku.

" Ada hal ingin aku tanyakan kepadamu sebagai sosok perkasa di alam semesta, aku bertanya mengenai kehidupan."

Tiba tiba dia mengecilkan badannya dan mengubah ukurannya menjadi  sebesar ukuran tubuhku. Tubuh sang garuda pada dasarnya begitu besar. saat ia membuka sayapnya maka mataharipun akan tertutupi dengan kelam.

"Sobat mari bercengkrama di taman siswa, tempat yang baru aku bangun untuk berdiskusi dengan tamu dan sahabat yang bertanya tentang kehidupan."

Setelah duduk di tempat yang begitu asri tersebut dan memberinya sebuah tulisan.

SAKIT HATI HANYA MENGIRIS SEDALAM YANG KITA IZINKAN , HIDUP HARUS BERJALAN DENGAN ATAU TANPA PERHATIANNYA.

"Garuda, bagaimana pendapatmu kalimat ini? aku ingin mendengar kebijakan yang terkandung dalam kalimat ini dari sosok Indra yang berbeda."

" Dengarkan sobatku."

Sakit hati adalah sebuah siklus yang harus dijalani mahluk hidup. Semua perlu merasakan sakit hati supaya bisa belajar dan memahami bahwa tidak semua orang-orang atau sosok yang di sekitar kita itu sama seperti yang kita pikirkan. Aku ceritakan kepadamu mengenai seorang pria yang begitu frustasi setelah dia ditinggalkan oleh gadis impiannya. Dia begitu kehilangan jati diri, seolah olah dia lahir kedunia ini bersama dengan pujaannya tersebut. Setiap manusia datang sendirian ke dunia fana, adanya pasangan adalah nilai tambah bahwa manusia membutuhkan orang lain untuk menjalani apa yang ada di dunia ini. Ketika wanita impian atau sosok impian itu pergi, kita harus melihat bahwa kepergiannya bukanlah tembok yang membuat kita berhenti untuk menggapai  harapan dalam hidup ini. Kala ia pergi, kamu harus menjalani apa anugerah paling berharga dalam hidup ini yaitu HIDUP. Saat ia datang kepada kehidupanmu maka kamu pun harus menjalani HIDUP ini. Saat ia telah pergi, kamu pun harus HIDUP. Hal yang paling berharaga adalah HIDUP, bukan ia yang meninggalkanmu.

" Garuda,begitu indah tatanan dan nilai kebajikan yang kamu sampaikan mengenai kalimat itu, sungguh masyur dirimu dan tidak salah para dewa bergidik ketika kamu merentangkan sayap karena rentangan sayap dan pekikanmu adalah rauangan perjuangan tentang hidup dan harapan."

" Sobatku, ingatlah, kamu datang ke dunia ini sendirian dari rahim sang bunda untuk menantang matahari, percayalah jika kamu dikalahkan matahari karena kamu memperjuangkan hidup meskipun itu sendirian, nama dan jiwamu akan selalu dikenang dalam bingkai waktu dan tiupan doa-doa."

(Journey to dream World)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun