Mohon tunggu...
Lalu Muhamad Jaelani
Lalu Muhamad Jaelani Mohon Tunggu... -

Pemuda desa yang mengais rezeki di surabaya dan menimba ilmu di negeri naga kecil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersabar, Kekuatan Tersembunyiku (1)

6 April 2010   09:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:57 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua ratus empat puluh ribu mas

Bentar ya pak

Astaghfirullahal adziem, aku tersentak, aku baru sadar bahwa hanya ada 350 ribu rupiah di dompetku, itupun sudah terpakai 100 ribu, berarti sisa 250 ribu. Kalau aku menginap disini, berarti hanya ada 10 ribu yang tersisa, hanya cukup untuk naik angkot ke stasiun gubeng karena perjalananku selanjutnya adalah ke banyuwangi. Ah, aku tidak mau membuang uang 240 ribu hanya untuk 6 jam, toh besok pagi pagi aku harus ke St. Gubeng.

Tubuhku yang sudah lelah langsung berbalik dan keluar meninggalkan kantor Asrama Haji, sambil sedikit terhuyung kukuatkan melangkah ke arah taxi yang menungguku.

Bagaimana mas, apa ada kamar yang kosong? tanya pak sopir ramah.

Ada pak, jawabku sekenanya

Pak Sopir lantas keluar dari taxinya dan menurunkan barang bawaaanku.

Terimakasih banyak pak atas bantuannya mengantarkan sampai disini.

Sama sama mas, jawabnya

AllahuAkbar, Taxi pelan pelan bergerak meninggalkanku dalam kebingungan. Ya Allah apa yang harus aku lakukan. Tak mungkin aku diam mematung semalaman di sini. Selalu ada jalan keluar, bukankah aku sangat sering menghadapi hal hal sulit semacam ini, ucapku. Kuambil Barang bawaanku dan bergerak, yah! ada masjid, aku baru ingat, di seluruh indonesia bahkan dimana saja, masjid adalah tempat tidurku ketika mendapat kesulitan. Ini rumah Allah, Tak kan ada yang berani menggangguku disini. Pelan pelan kuarahkan kakiku ke masjid, ada seorang pemuda yang sedang solat didalam sana. InsyaAllah semua akan berjalan lancar. Tubuhku sudah letih, kusandarkan punggungku di tiang masjid itu sambil mencari tempat untuk tidur. DILARANG TIDUR DISINI, aduh, masjid ini kok ramai sekali dengan papan kecil bertuliskan larangan itu. Aku duduk saja, hembusan angin malam terasa dingin, gerimis hujan menambah sedih hatiku. Kuatkan aku Ya Allah, Aku tidak boleh lemah.

Setelah setengah jam mematung, akhirnya kuberanikan diriku untuk naik kemasjid, langsung ke arah beduq raksasa di pojok tenggara masjid, koperku kuselipkan dibawah beduq, biar tidak terlalu terlihat, sementara tas ransel sengaja kubawa ke kamar kecil untuk mengambil air wudhu. Solat malam, semoga Allah selalu melindungiku. Ku habiskan malam itu dengan solat dan tilawah, sampai akhirnya diriku terhuyung dan tertidur dalam buaian puluhan nyamuk yang mendendangkan nyanyian kegemberiaan, sembari mencelupkan tusuk jarumnya ke kulitku.  Aku bisa istirahat. Tetapi, kelebatan bayangan seseorang yang sepertinya mencurigaiku membuatku langsung terbangun, kulihat jam di HP bututku, Alhamdulillah aku berhasil tidur  satu jam. Kuarahkan mataku ke arah pemilik bayangan tadi, ah ternyata pak satpam yang tadinya kutemukan tergeletak di dekat beduq sebelum aku sendiri ikut tertidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun