Danasari, Kabupaten Tegal (04/07/2023)-Stunting merupakan keterlambatan pertumbuhan pada balita yang diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup sehingga dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan otak, pertumbuhan fisik, dan metabolisme pada balita. Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), tingkat stunting di Indonesia mencapai hingga 21,6% pada tahun 2022 (Rokom, 2023). Bupati Tegal Umi Azizah, menyampaikan angka prevalensi stunting di Kabupaten Tegal sendiri mencapai hingga 22,3% pada tahun 2022 (Kartika, 2023).Â
Pemetaan data stunting dilakukan melalui web sigiziterpadu.kemkes.go.id oleh kementrian kesehatan yang bersinergi dengan posyandu setempat. Tercatat ada 42 balita stunting di Desa Danasari, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Cukup tingginya angka stunting menunjukkan kurangnya penerapan pola makan dengan gizi yang seimbang oleh masyarakat desa, terutama pada balita. Menjawab permasalahan ini, mahasiswa KKN-T IPB bersama Kader Kesehatan Desa Danasari membuat produk Nugget Ceria dengan memanfaatkan komoditas lokal yaitu Talas Pratama.
Kegiatan sosialisasi terkait stunting dilakukan dengan pembagian nugget talas beserta poster yang berisi informasi mengenai nilai gizi, cara pembuatan dan manfaat talas kepada masyarakat yang memiliki anak penderita stunting. Talas yang sudah diolah dipadukan dengan daging ayam dan dicampur bersama bahan yang lain, lalu dibentuk sesuai selera. Produk inovasi nugget talas ayam dapat dijadikan sumber protein yang kaya akan serat serta vitamin yang dapat menanggulangi stunting pada balita. Setiap anak akan mendapatkan tiga nugget, yang dikreasikan menggunakan stik kayu untuk mempermudah dan menarik perhatian anak.
Pemanfaatan talas sebagai bahan dasar pembuatan nugget dilatarbelakangi oleh program baru desa yaitu program penanaman talas. Program ini sudah berjalan kurang lebih selama empat bulan, dengan memberdayakan ibu-ibu dari kelompok Dasa Wisma dalam proses pemupukan, penanaman, dan panen. Namun, sampai saat ini hasil panen masih dijual dalam bentuk mentah (raw material). Maka dari itu, inovasi nugget ini juga diharapkan dapat menjadi ide produk untuk dikembangkan oleh UMKM setempat. Sehingga, talas hasil panen memiliki nilai tambah ekonomi.
Kegiatan sosialisasi ini disambut antusias oleh warga, karena memanfaatkan bahan baku lokal yang terbilang mudah didapat di Desa Danasari. Para ibu yang menerima produk nugget, sebagian dari mereka tertarik untuk membuat olahan nugget talas. Pemilihan nugget menjadi produk olahan juga mempertimbangkan preferensi anak yang menyukai makanan cepat saji.Â
Dengan adanya sosialisasi produk olahan nugget talas yang dilakukan mahasiswa KKN-T IPB, diharapkan masyarakat dapat membuat nugget talas secara mandiri sekaligus meningkatkan kepedulian mengenai pentingnya pemenuhan gizi yang cukup pada anak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H