Mohon tunggu...
Dr  Rudy Sutadi Dan Kid ABA
Dr Rudy Sutadi Dan Kid ABA Mohon Tunggu... -

1963 - 1964 : TK Kwitang V PSKD, Jakarta 1965 - 1970 : SD Kwitang V PSKD, Jakarta 1971 - 1973 : SMP Pangudi Luhur, Jakarta 1974 - 1976 : SMA Pangudi Luhur, Jakarta 1977 - 1983 : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta\r\n1990 - 1995 : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta\r\n1998-2002 : Pascasarjana KARS-UI, Depok\r\n\r\n\r\nMempelajari tatalaksana perilaku (ABA/Metode Lovaas) dari berbagai sumber termasuk.\r\n- ISADD (Integration Service for Autism and Developmental Delay), Perth, Australia\r\n- The Option Institute, New York, USA\r\n- LIFE (Lovaas Institute For Early Intervention), Los Angeles, USA

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kurikulum ABA untuk Autisme Sampai Smart ABA untuk Autisme

12 April 2017   20:09 Diperbarui: 13 April 2017   04:30 3136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum ABA untuk autisme sampai smart ABA  untuk AUTISME

dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI

Kurikulum ABA telah dikembangkan dalam tiga dekade riset.Isinya mencakup semua keterampilan yang diperlukan seseorang untuk berfungsi dengan sukses dalam hidup.Ini meliputi pengajaran keterampilan yang anak seumumnya tidak perlu diajarkan secara formal seperti bermain dan imitasi.Penekanan pada belajar berbicara, membangun kemampuan konseptual dan akademik, dan meningkatkan kemampuan bermain dan sosial. Ketika anak bertambah usia, penekanan beralih pada pengetahuan praktis dan kemampuan adaptif bersama dengan cara alternatif berkomunikasi jika bicara tidak berkembang.

Kurikulum terdiri atas lebih dan 500 tugas individual yang perlu diajarkan, dan terapi berlangsung sekitar 2-3 tahun secara intensif 40 jam per minggu. Anak-anak yang maju pesat umumnya dapat mulai masuk di kelas pra-sekolah dalam 12-18 bulan setelah terapi dimulai sambil tetap meneruskan program di rumah. Hasil terbaik bila terapi dimulai sebelum usia 3 tahun.

Kurikulum dikembangkan secara berturutan sehingga konsep-konsep dan keterampilan yang lebih sederhana diajarkan terlebih dahulu dan keterampilan yang kompleks dimulai setelah anak telah menguasai prasyaratnya. Walau demikian tidak terdapat kekakuan dalam urutan apa yang anak sebaiknya pelajari. Penting agar anak berhasil dan memperluas penggunaan dari keterampilan yang telah dikuasai dan menambahkan hal-hal yang baru. Beberapa anak mungkin tidak akan berbicara dan memerlukan cara lain dalam berkomunikasi.

Pada terapi ABA, penekanan pada perolehan perilaku-perilaku baru, karena jika anak memperoleh perilaku konstruktif berulang-ulang, maka masalah perilaku sering berkurang. Terapis dilatih untuk tidak mengacuhkan perilaku yang tidak diinginkan atau mengganggu (disruptive) tetapi meningkatkan kepatuhan dan perilaku target dengan menggunakan imbalan-¬imbalan. Imbalan dipilih apa saja yang sangat diminati oleh anak. Banyak anak mulanya berespons pada imbalan yang kongkrit (tangible) seperti makanan atau mainan favoritnya.Kemudian imbalaii kongkrit perlu dikurangi sedikit-demi-sedikit dan diganti dengan imbalan sosial misalnya pujian, kelitikan, pelukan, atau senyuman.

Utamanya tatalaksana perilaku adalah mengajarkan anak bagaimana belajar. Metode perilaku meningkatkan belajar tidak hanya dengan mengajar anak tetapi juga mengganti perilaku bermasalah dengan yang lebih sesuai. Terapis dilatih untuk tidak mengacuhkan perilaku yang tidak diinginkan atau mengganggu (disruptive) tetapi meningkatkan kepatuhan dan perilaku target dengan menggunakan imbalan-imbalan. Imbalan dipilih apa saja yang sangat diminati oleh anak. Banyak anak mulanya berespons pada imbalan yang kongkrit (tangible) seperti makanan atau mainan favoritnya.Kemudian imbalan kongkrit perlu dikurangi sedikit-demi-sedikit dan diganti dengan imbalan sosial misalnya pujian, kelitikan, pelukan, atau senyuman.Keberhasilan anak secara ketat dimonitor oleh pengumpulan data yang rinci.Kemampuan yang telah dikuasai dimasukkan pada maintenance (pemeliharaan) sehingga anak tidak mengalami regresi saat tugas barn diperkenalkan.

Pada tahun 2010 sampai saat ini Ibu Arneliza Anwar mengembangkan kurikulum smart ABA menjadi lebih dari 1500 tugas individu, mengikuti perkembangan kesiapan sekolah anak-anak disekolah reguler di Indonesia. Kemampuan-kemampuan anak-anak autistik terus dikembangkan sehingga mereka memang betul-betul siap untuk bertarung disekolah reguler bersama anak-anak lainnya yang tanpa gangguan perkembangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun