Waspada Terjadinya “Playing Victim” Pada Pemimpin
Pada era digital ini yang kian berkembang, personal branding menjadi kunci sukses bagi individu untuk menonjol dan meraih peluang. Generasi Z, dengan jiwa kreatif dan kecakapan digitalnya, memanfaatkan playing fictim sebagai strategi jitu untuk memperkuat personal branding mereka. Namun, playing victim ini berbahaya bagi seorang pemimpin. Pemimpin dalam dunia kerja memegang peran penting sebagai arahan bagi bawahannya. Pemimpin bertanggung jawab untuk memberikan arahan, bimbingan, dan dorongan kepada bawahan agar dapat mencapai tujuan bersama.
Perilaku playing victim merupakan seseorang yang memanipulasi kondisi yang merasa dirinya sebagai korban walaupun dalam keadaan tersebut dirinya yang melakukan kesalahan. Jadi, pelaku playing victim ingin selalu mendapatkan perhatian dan tidak ingin disalahkan karena mempertahankan nilai dirinya yang selalu benar. Salah satu sikap yang sering dijumpai dalam dunia kerja yaitu “Playing Victim” pada Pemimpin.
Pemimpin yang "playing victim" yaitu tindakan manipulatif yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan menyalahgunakan kekuasaannya dengan cara menyalahkan orang lain atas kesalahan yang sebenarnya berasal dari dirinya sendiri. Perilaku ini dapat berdampak negatif pada korban, perusahaan.
Ciri-ciri pemimpin yang playing victim
- Mengklaim dirinya sebagai korban dari konflik atau kasus yang terjadi untuk mendapatkan simpati dan mendapatkan kepercayaan.
- Pemimpin yang ingin dinilai selalu benar hingga menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dia lakukan.
- Perlu pengakuan. Dalam hal ini adanya keinginan individu untuk mengakui dan menegaskan status korbannya oleh orang lain untuk mempengaruhi opini orang lain dan mendapatkan simpati.
Playing victim tentu saja tidak hanya terjadi begitu saja, namun terdapat beberapa faktor yang menyebab terjadinya perilaku playing victim. Berikut ini adalah beberapa faktor terjadinya playing victim:
- Pemimpin yang tidak diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas tugasnya cenderung untuk menjadi korban dan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang terjadi.
- Pemimpin yang merasa tidak mendapat keuntungan apa pun dari pekerjaannya.
- Pemimpin yang mengalami tekanan mental dan emosional.
Faktor terjadinya playing victim pada pemimpin adalah berbagai situasi yang membuat kurangnya kendali atas apa yang terjadi, serta berbagai kondisi yang membuat orang menjadi korban dan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang terjadi.
Dampak playing victim pada pelaku dan korban
- Pelaku playing victim akan berdampak memiliki penyakit hati seperti merasa bersalah dan gelisah karena selalu berusaha memanipulasi kesalahannya dan mengorbankan orang lain. Selain itu, pelaku susah untuk intropeksi diri sendiri karena sibuk melempar bertanggung jawab atas kesalahan diperbuat kepada orang lain.
- Seorang korban sasaran dari playing victim akan merasakan ketidakadilan dan kekecewaan karena selalu dituduh dan disalahkan atas sesuatu yang tidak dia lakukan. Akibatnya, Hal tersebut dapat memunculkan masalah bahkan menimbulkan perpecahan.
Cara seorang pemimpin menghindari sikap playing Victim
- Memandang diri sebagai pejuang bukan korban
- Memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri.
- Berlatih meditasi untuk melakukan evaluasi dan menyadarkan diri sendiri
Jadi cara menghadapi pemimpin playing victim yang bermain peran sebagai korban memerlukan kesabaran, ketegasan, dan keterampilan komunikasi yang baik. Dengan menetapkan batasan, mengarahkan pada solusi, dan tetap rasional, Anda bisa menjaga hubungan tetap sehat dan tidak terjebak dalam drama yang mereka ciptakan. Serta menjaga kestabilan mental dengan mengambil tanggung jawab atas tindakan, fokus pada solusi, dan berkomunikasi secara terbuka dan membangn kepemimpinan yang efektif dan inspiratif.
Perlu diwaspadai bahwa playing victim adalah perilaku yang sangat berbahaya dalam organisasi. Dengan memiliki kesadaran dan kemampuan yang tepat, pemimpin dapat mengatasi perilaku ini dan menciptakan lingkungan yang lebih seimbang dan efektif dalam organisasi.