Jiwa yang baik atau bahkan kesehatan mental merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena ketentraman, kesejahteraan, dan kebebasan sangat berarti bagi manusia. Banyak manusia yang memandang remeh terhadap kesehatan mental manusia, bahkan beberapa orang melakukan body shaming tanpa merasa bersalah. Hal itu sangat berdampak buruk bagi kesehatan mental pada pengidap obesitas. Terkadang, manusia berkata seenaknya tanpa sadar meyakiti hati orang lain dan malah membuat jatuh seseorang. Dengan sedikit kata yang di ucapkan dapat berdampak fatal bagi kesehatan mental. Sebagian orang beranggapan bahwa body shaming dapat memotivasi pengidap obesitas untuk lebih berusaha diet. Padahal, itu malah menjatuhkan mentalnya. Bahkan body shaming sering di dapatkan dari orang terdekat yang harusnya mendukung kita dalam keadaan lemah dan jatuh. Kata -kata yang didapatkan seperti “wah besar banget badannya malu deh anak gadis gendut seperti ini.”, “kurusin dong badannya gak malu apa kamu gemuk banget gini.” , “ Itu perut buncit amat seperti orang hamil ya .”dan beberapa kata lainnya yang menyinggung hati para pengidap obesitas.
Body shaming disebabkan oleh pikiran atau pandangan yang kuno ataupun kolot dari pelakunya. Mereka mendapatkan pengajaran yang kurang terhadap tutur kata yang baik dan sopan di lingkungannya sehingga tanpa sadar perkatannya menyatikiti seseorang. Pengetahuan yang minim juga menjadi penyebab seseorang melakukan body shaming. Patriarki, menjadi salah satu penyebab pelaku melakukan body shaming, dimana perempuan menjadi objek dari lelucon terkait fisiknya. Bahkan, beberapa orang merasa dirinya sempurna sehingga ia menjatuhkan orang lain seenaknya, padahal tidak ada makhluk tuhan yang sempurna karena kita diciptakan dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing oleh Tuhan. Di social media, pelaku body shaming dapat dijerat dengan Pasal 23 ayat (3), Pasal 45 ayat (3) UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang telah diubah oleh UU No. 19 Tahun 2016. Dengan ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak 750 juta rupiah.
Disini saya sebagai penulis mendapatkan contoh body shaming yang di alami oleh teman saya sendiri, ia merupakan seorang mahasiswa yang mengikuti ajang permodelan ia lolos melalui beberapa tahap hingga ia mewakili kota kelahirannya sendiri namun di tengah perjalanan, ia mendapat komentar negatif dari seorang designer yang berasal dari kota yang sama ia berkomentar di akun social media ajang permodelan tersebut “ Gendut kali modelnya”. Melihat hal itu ia merasa sedih dan menjadi mental breakdown. Ia menelpon saya dan beberapa teman saya untuk mencurahkan isi hatinya hingga menangis dan saya teman-teman saya berusaha menenangkannya dan ia pun juga berkata “ padahal aku bawa nama kota yang sama juga seharusnya dia ikut mendukung.” Ujarnya sambil menangis .Ariel Tatum yang merupakan sosok artis terkenal juga pernah dibully akibat berbadan gemuk. Ia sempat merasa teruruk atas kata-kata orang lalu bangkit dan berdamai dengan dirinya dengan tidak memikirkan omongan orang tentang dirinya karena hak itu daoat menggagu pikirannya dan banyak contoh lainnya seputar body shaming dan bullying akibat berat badan. Dari contoh tersebut dapat menjadi pelajaran bahwa kita harus berhati-hati dalam bertutur kata karena dapat melukai mental seseorang.
Dampak buruk kesehatan mental pada pengidap obesitas diantaranya adalah kurangnya percaya diri, rasa benci dan malu terhadap diri sendiri, gangguan kecemasan (anxiety) , mengalami gangguan makan atau cenderung melalukan perilaku tidak sehat, korban merasa gagal mencapai impian, bahkan beberapa diantaranya mengalami depresi . Beberapa tips untuk menghadapi bullying atau body shaming yaitu bersyukur atas apa yang kita jalani dan kita dapat dari tuhan, bentengi diri dengan rasa percaya dan bangga pada diri sendiri, abaikan perkataan orang lain, ketahui bahwa ini bukan kesalahanm, serta menciptakan inner support atau dukugan dari dalam diri.
Artikel ini di tulis oleh Liyanda Choirani mahasiswi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H