ABSTRAK
      Museum Ullen Sentalu terdapat banyak sekali informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan kebudayaan Jawa kuno, dengan banyaknya informasi dan pengetahuan itu maka sangat sayang jika kita tidak mempelajarinya dengan sangat baik.
     Dan pihak pengelola pun mempunyai cara yang dimana cara tersebut membuat wisatawan yang berkunjung dapat menyerap dan mengambil infomasi dengan sangat banyak, yaitu dengan cara menerapkan peraturan dilarang memotret dan para wisatawan yang berkunjung diberikan tour guide dalam setiap kelompoknya, dengan cara tersebut membuat wisatawan terpaksa tidak bisa melakukan kegiatan lain ketika kunjungan selain memperhatikan pemadanya ketika sedang menerangkan.
     Namun wisatawan masih tetap bisa mengabadikan moment mereka ketika disana, ketika selesai tour mereka diperbolehkan untuk melakukan foto-foto ditempat yang telah disediakan. Dengan adanya Museum Ullen Sentalu tentu saja secara tidak langsung ikut serta dalam melestarikan budaya Jawa dan membuat wisatawan menjadi tahu tentang budaya Jawa beserta sejarah dan filosofinya sehingga sangat tepat jika Museum Ullen Sentalu dijadikan wisata edukasi yang berada di Yogyakarta.
  PENDAHULUAN
     Museum Ullen Sentalu terletak di daerah Pakem Kaliurang Kabupaten Sleman, museum ullen sentalu merupakan museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kesultanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaraan, dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Surakarta).
     Museum Ullen Sentalu juga dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala aturannya.
        BAGIAN INTI
     Museum Ullen Sentalu juga menampilkan tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya. Nama museum "Ullen Sentalu" merupakan singkatan dari bahasa Jawa: "ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning Lumaku" yang artinya adalah "Nyala lampu blancong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan".
     Filsafah ini juga diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Museum ini didirikan oleh seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta.