Mohon tunggu...
Liviana Septyaningrum
Liviana Septyaningrum Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Owner by @kedaimaksih :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rasa yg Sebenarnya adalah 'Telanjang'

15 Agustus 2015   13:46 Diperbarui: 15 Agustus 2015   14:00 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Minggu pagi adalah hal yang paling kutunggu ketika rutinitas seminggu sudah merenggut waktu bersantaiku. Ya, aku bahagia ketika datangnya hari minggu.

"Kopi mana kopiku ?"

Teriakku pada sinar yang menusuk ke tirai kamarku seakan ingin mengajak bercumbu. Perlahan dengan mata yang masih terpejam kubuka tirai yang sinarnya sedikit menggigit pelipis mataku agar tetap terpejam.

"Pagi sedang semu" gumamku dalam hati.

Entahlah minggu minggu bulan lalu aku sangat mencumbu selimut doraemon kesayanganku dan terlalu betah terlelap dalam hangatnya tapi minggu bulan ini berbeda. Ada rasa ingin menjadi wanita seutuhnya sebelum ada beberapa nantinya yang mengikat sampai menutup mata (baca: menikah)

Bergegas ku lampaui ruang tamu yang berserakan dengan buku, majalah serta koran koran usang itu. Kulihat jam dinding yang seperti menertawakanku bisa bangun pagi. Seperti biasa aku bangun pagi tapi sedikit terlambat kali ini jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi.

Mungkin kali ini faktor usia yang menyuruhku untuk tidak bermalas malasan lagi seperti kepala dua pada umumnya. Kuraih teko yang berisikan air bekas semalam menyeduh susu coklat sebelum pulas segera ku letakkan diatas komporku yang selalu berteman dengan debu. Wajar, aku hanya wanita yang belum menikah tapi menikmati hidup dirumah sendirian setelah lulus perguruan tinggi.

Kuracik kopi hitamku kali ini dirumah, tidak biasanya memang aku seduh kopi hitam dirumah tapi di kedai sendiri. Entah insting apa yang telah mengajukan skenario ini. Tuhan selalu punya jalan tersendiri menyampaikan maksudnya.

Kopi panas pagi ini sedikit pekat memang kubuat tanpa adanya rasa manis yang menjejal, seperti inilah dalam waktu sela sela padatnya jam kantor yang mencekik aku menikmati hidup. Kadang kopi yang kubuat pekat dan pahit sudah cukup memelukku saat pagi tiba.

Sudah pekat yang memikat matahari sudah beranjak menyentuh tubuhku yang masih beku dari dingin semalam diatas kamar lantai duaku yang cukup kusenangi memandang pagi dan senja tiba walaupun tak pernah kunikmati menghabiskan malam dikamar itu.

"Hai pagi, siapa yang memelukku selanjutnya seperti kopi ini?" pertanyaan selalu ku ulang saat aku sendiri menikmati kemalasan.

Dering ponsel pagi itu cukup mengejutkan karena selama hampir setahun ini tak pernah ada yang notif ponsel kecuali rutinitas interview karyawan baru cukup bosan memang.

Kuraih ponsel dibelakang kursi rotanku yang cukup usang dimakan jaman. "Maaf aku tidak sempurna aku bukan lelaki yang seperti kamu inginkan. Dan maaf buat kamu sedih." pesan dari lelaki yang sedang dekat denganku.

Sedikit ingin menitikkan air mata pagi itu. Cukup membuat sedikit berpikir jauh tentang sebuah kedewasaan tentang memantapkan hati kepada siapa nantinya berlabuh sampai keriput menjejal tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun