Sempet termenung dan menyesal atas apa yang aku katakan semalam dengan dia, emosi kadang jadi musuh terbesar yang tidak bisa ku jadikan sahabat selama ini. Sampai matahari cukup terik menyinari wajahku yang kumal.
"Bangunkan aku jam 12 nanti , jika kamu masih mau ... " bunyi ponselku kembali berdering yang lima belas menit lalu ku biarkan disebelah cangkir kopiku.
Sedikit berfikir tentang titik titik yang dia tulis dalam pesan itu "Ah sudah, jika tidak berjodoh apalah dayaku sebagai umatNya yang masih mengeluh dan meminta. Cukup menjalani saja Tuhan lebih dari tau yang terbaik untuk umatNya". gumamku menghibur hati kecilku yang sebenarnya ingin menjerit.
Lekas kuhabiskan kopiku yang sudah jadi dingin walupun matahari sudah sedikit panas menyilaukan pandangan. Kuturuni anak tangga dan bergegas mandi dan waktu sudah menunjukkan setengah 8 pagi.
Sedikit berfikir tentang rasa bersalahku dengan dia walaupun sebenarnya aku mengerti ada perempuan perempuan lain selain diriku dibalik hari harinya. Entah apa ini yang terjadi denganku, sudah nyata aku tersakiti masih pula aku berusaha mendekatinya. Tidak seperti lelaki lelaki sebelumnya kali ini aku berjuang lebih kerasa dari biasanya.Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â