Setiap siswa adalah individu yang unik. Di dalam kelas, terdapat banyak siswa yang berasal dari beragam latar belakang kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan agama yang memiliki kemampuan kognitif, minat, motivasi, dan gaya belajar yang berbeda-beda (Estari, 2020). Beberapa siswa mungkin sangat cepat dalam memahami materi pelajaran, sementara siswa yang lain membutuhkan waktu lebih lama dan metode yang berbeda untuk dapat memahami materi. Selain itu, ada juga beberapa siswa yang lebih menyukai pembelajaran melalui penjelasan verbal dan ada juga siswa lainnya yang lebih menyukai pembelajaran materi secara visual. Dalam pembelajaran matematika, keberagaman ini terlihat dengan jelas. Beberapa siswa seringkali menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan abstrak (Nisa dkk., 2021). Dalam pembelajaran matematika, ada siswa yang cepat menangkap konsep materi, sementara ada juga yang mungkin membutuhkan waktu lebih banyak untuk memahami konsep tersebut. Adanya perbedaan ini nantinya akan mempengaruhi motivasi, kesiapan belajar, dan metode belajar setiap siswa. Dikarenakan setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda, maka satu metode pengajaran yang sama tidak akan selalu efektif untuk semua siswa (Amalia, 2023). Jika perbedaan tersebut diabaikan, beberapa siswa akan merasa tertinggal dan kesulitan mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu terus belajar dan memperhatikan keragaman siswa untuk mewujudkan pembelajaran yang efisien dan efektif (Marlina, 2019). Selain itu, guru juga perlu menemukan dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik setiap siswa agar dapat merancang kegiatan belajar mengajar yang optimal di kelas.
Kebutuhan siswa yang beragam membutuhkan kurikulum yang bisa mengakomodasi keragaman tersebut. Kurikulum yang diterapkan idealnya mampu menyesuaikan keberagaman dan potensi siswa, sementara pemenuhan target kurikulum menunjukkan keberhasilan sekolah dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (Sri, 2024). Dengan pendekatan yang tepat, guru dapat menyesuaikan metode dan materi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar setiap siswa dan dapat memenuhi target kurikulum yang telah ditentukan. Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk menemukan cara agar target kurikulum dapat tercapai, sambil tetap memperhatikan keragaman kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa di dalam kelas, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensinya. Dalam hal ini, pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi dalam menjawab tantangan tersebut. Menurut Tomlinson (dalam Naibaho, 2023), pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang menyesuaikan dan memenuhi berbagai kebutuhan serta preferensi belajar siswa, dengan menghargai keberagaman mereka dalam proses belajar. Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk menyesuaikan proses belajar siswa dengan mempertimbangkan minat belajar, kesiapan belajar, dan preferensi belajar (Fitriyah & Bisri, 2023). Menurut Tomlinson (dalam Yani dan Susanti, 2023), pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek: kesiapan belajar, minat, dan profil belajar masing-masing siswa. Melalui pendekatan ini, guru tidak hanya fokus pada pemenuhan target kurikulum, tetapi juga pada upaya untuk membantu setiap siswa agar dapat belajar sesuai dengan potensi diri mereka. Naibaho (2023) menjelaskan bahwa ada beberapa strategi untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam pengajaran matematika, di antaranya melalui diferensiasi konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Pertama, guru bisa melakukan diferensiasi konten. Dalam hal ini guru dapat menyesuaikan kebutuhan materi pembelajaran berdasarkan tingkat pemahaman kognitif siswa. Misalnya, siswa dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif mereka, mencakup kelompok kemampuan kognitif rendah, kemampuan kognitif sedang, dan kemampuan kognitif tinggi. Kemudian, kelompok-kelompok tersebut diberikan 3 jenis soal yang berbeda sesuai dengan tingkatannya. Hal ini akan membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan penjelasan yang lebih konkret, sedangkan siswa yang sudah lebih mahir dapat diberikan soal tantangan dengan latihan soal yang lebih kompleks. Kedua, guru bisa melakukan diferensiasi proses. Dalam hal ini guru dapat menyediakan variasi dalam cara menyampaikan materi sesuai dengan gaya belajar siswa. Misalnya, siswa dengan gaya belajar visual dapat memahami materi dengan bantuan benda-benda konkret, video pembelajaran, atau aplikasi interaktif. Sedangkan, siswa yang lebih menyukai gaya belajar auditori, guru dapat memberikan penjelasan langsung secara verbal atau mengadakan kegiatan diskusi untuk memperdalam pemahaman. Sementara, siswa dengan gaya belajar kinestetik, guru dapat membuat aktivitas di dalam kelas atau di luar kelas dimana siswa dapat mencari dan menemukan konsep materi yang telah disediakan guru. Ketiga, guru bisa melakukan diferensiasi produk. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kebebasan kepada siswa dalam menunjukkan pemahaman mereka dengan cara yang berbeda. Misalnya, dalam suatu proyek asesmen formatif, siswa dapat menunjukkan pemahamannya melalui poster, power point, video, podcast, atau tulisan. Dengan memberikan kebebasan ini, siswa akan lebih terlibat aktif dan kreatif dalam belajar, sekaligus memastikan bahwa mereka dapat memenuhi target kurikulum. Keempat, guru bisa melakukan diferensiasi lingkungan belajar. Dalam hal ini, guru dapat menciptakan suasana kelas yang mendukung baik untuk pembelajaran mandiri maupun berkelompok. Dengan cara ini, siswa akan merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar.
Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat memberikan pengalaman belajar matematika yang lebih bermakna. Metode ini tidak hanya membantu siswa dalam mencapai target kurikulum, tetapi juga membuat mereka merasa dihargai sebagai individu yang unik. Harapannya setiap siswa dapat berkembang sesuai potensi mereka dan memperkuat kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dibutuhkan dalam pembelajaran Matematika.
Daftar Rujukan
Amalia, R. (2023). Memahami Keragaman Siswa dan Pemenuhan Kurikulum: Refleksi Konteks Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Ppl. Primary, 2(5), 267--273.
Estari, A. W. (2020). Pentingnya Memahami Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran. Workshop Nasional Penguatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar SHEs: Conference Series, 3(3), 1439--1444. https://jurnal.uns.ac.id/shes
Fitriyah, F., & Bisri, M. (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi Berdasarkan Keragaman Dan Keunikan Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 9(2), 67--73. https://doi.org/10.26740/jrpd.v9n2.p67-73
Marlina. (2019). Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif. Google Scholar, 1--58.
Naibaho, D. P. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik. Journal of Creative Student Research, 1(2), 81--91.
Nisa, A., MZ, Z. A., & Vebrianto, R. (2021). Problematika Pembelajaran Matematika di SD Muhammadiyah Kampa Full Day School. El-Ibtidaiy:Journal of Primary Education, 4(1), 95. https://doi.org/10.24014/ejpe.v4i1.11655
Sri, S. (2024). Keragaman Siswa Dan Pemenuhan Target Kurikulum. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan Dan Pengelolaan Pendidikan, 4(10). https://doi.org/10.17977/um065.v4.i10.2024.20