Sejak lama drama Korea telah menjadi fenomena yang populer di Indonesia. Kehebatan drama Korea tidak hanya terletak pada jumlahnya yang banyak, tetapi juga karena kualitas produksi yang tinggi dan pemilihan aktor yang menarik serta mengesankan.
Pengaruh media sosial juga memainkan peran penting dalam mempopulerkan drama Korea di Indonesia. Banyaknya komunitas dan penggemar yang aktif berbagi informasi, review, dan diskusi tentang drama Korea membuatnya semakin dikenal dan dicari oleh masyarakat.
Salah satu drama Korea yang sedang populer tahun ini adalah "Queen of Tears". Serial televisi korea ini mengisahkan tentang pasangan suami istri, Baek Hyun Woo yang diperankan oleh Kim Soo Hyun dan Hae-in yang diperankan oleh Kim Ji Won.
Di awal pernikahan mereka, semuanya terasa lancar dan penuh kebahagiaan. Baek Hyun Woo adalah seorang pengacara sukses yang membangun karirnya di perusahaan milik Queens Group. Sementara, Hae-in sendiri adalah putri dari pemilik Queens Group. Dikarenakan perbedaan latar belakang dan situasi kekayaan mereka yang tidak sekufu, alhasil pernikahan mereka dianggap fenomenal bagi masyarakat sekitar.
Hal menarik dalam serial ini adalah meskipun Baek Hyun Woo dan Hae-in hidup dalam kemewahan, tinggal bersama, dan bekerja di kantor yang sama, tetapi mereka tidak merasa bahagia. Semua orang mengira bahwa hubungan mereka terlihat sempurna dan baik-baik saja, namun kenyataannya tidak sesuai dengan harapannya.
Jadi, apakah drama Queen of Tears dapat dijadikan cerminan untuk memahami peran hak dan kewajiban suami istri dalam kehidupan nyata? Apa pesan yang dapat dipetik dari kisah pernikahan Hyun Woo dan Hae-in?
Komunikasi Terbuka dan Keputusan Bersama
Dalam pernikahan, memperhatikan pekerjaan dan karier sebenarnya bukan hal yang salah. Namun sayangnya dalam cerita serial ini, mereka lupa untuk memperhatikan satu sama lain, bahkan hanya bertanya kabar, deeptalk, dan saling berbagi perasaan serta keadaan masing-masing.
Setelah tiga tahun menikah, Hyun Woo merasa jenuh dengan sikap Hae-in yang semakin acuh dan sulit untuk diajak berkomunikasi. Dari sudut pandang Hae-in sendiri, dia mengalami kesulitan mengendalikan emosi karena banyaknya tuntutan tanggung jawab pekerjaan.
Berbagai episode menunjukkan, sebenarnya mereka memiliki banyak hal yang ingin diungkapkan. Namun karena terhambat oleh rasa gengsi dan ego akhirnya mereka memilih untuk diam satu sama lain. Padahal, banyak masalah bisa diatasi jika dibicarakan secara terbuka.
Berbagi Duka dan Memulihkan Luka Batin
Sepanjang serial ini, penonton seringkali merasa heran dengan sikap Hae-in yang terlihat kejam dan kurang memiliki empati. Namun, sebenarnya Hae-in memiliki pengalaman masa lalu yang sangat menyedihkan. Pada masa kecilnya, Hae-in pernah kehilangan kakaknya dan kemudian menjadi objek kesalahan oleh ibunya selama bertahun-tahun. Trauma ini membuatnya terus-menerus merasa bersalah dan memendam perasaannya.