Saya suka duduk di sisi jendela. Sambil makan biskuit dan minum teh, sambil membaca dan bernyanyi, atau sambil menulis. Jendela ini bagai layar televisi bagi saya. Saya pernah menonton acara melalui kotak ajaib itu beberapa kali di rumah kakak baik hati yang sering membeli kue kering dari saya. Aneh, tak sekali pun saya rindu televisi. Bagi saya, jendela ini jauh lebih menarik. Saya bukan menonton saja, namun sesekali bercakap dengan orang-orang di balik jendela.
Sandiwara yang muncul di balik jendela tidak pernah bisa ditebak. Kamu tidak bisa mengulang sebuah sandiwara atau menyaksikan kelanjutannya esok pada jam yang sama. Kamu tidak perlu mengerti, karena tidak punya jendela. Biar saya ceritakan sedikit agar kamu dapat membayangkan juga.
Ada saat-saat di mana saya bercakap dengan seorang anak laki-laki yang sepatunya selalu berlumpur. Katanya, karena main bola setiap hari. Dialog kami didominasi hasil dari pertandingan bolanya. Kadang dia kalah, tapi lebih sering menang.
Ada saat-saat lain  di mana saya bercakap dengan seorang gadis dewasa yang selalu patah hati. Seringkali saya ajak dia untuk duduk saja di sisi jendela sambil melakukan apa saja yang ia sukai. Namun gadis itu menolak, katanya rintik hujan yang tertinggal di jendela seringkali mengingatkan dia pada kisah-kisah sedih yang telah dilaluinya. Jadi saya biarkan gadis itu tetap berada di balik jendela, menjadi aktor dan bersandiwara.
Ada jutaan saat di balik jendela, namun saat-saat paling penting bisa jadi saat-saat di mana saya menonton diri sendiri. Kala malam tiba, mereka tak lagi bersandiwara. Saya melihat bayangan diri saya sendiri di balik jendela. Kadang, saya menyaksikan diri sedang makan, atau menulis kisah di jendela dengan jari saya. Kadang saya melihat bayangan bulan bertemu dengan bayangan bola mata saya. Kadang bulan menjelma jadi aktor, tapi saya belum pernah mendengar ia berbisik sedikit pun.
Hari ini aneh, sandiwara di balik jendela jadi sandiwara kolosal. Ada terlalu banyak orang. Saya tidak mengerti apa yang terjadi, namun saya merasa lebih baik diam. Di balik jendela saya aman.
Pranggg!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H