Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Lantai

1 September 2016   11:04 Diperbarui: 1 September 2016   20:59 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: totallyhistory.com |

78.

Jadi begini rasanya melihat terbalik. Mereka tidak ikut terbalik, kamu sendiri yang terbalik. Kepalamu terasa panas meski mereka memakai baju hangat. Kamu tidak tahu pasti apakah mereka memakai mantel atau baju berlengan panjang. Mereka masih terlalu jauh. Kamu diam, yakin betul kamu dibekali parasut.

Meski kepalamu panas, kamu mulai bisa tetap berkonsentrasi pada apa yang kamu lihat. Dari luar jendela, kamu melihat sepasang suami istri bertengkar. Mereka membanting semua barang yang ada di sekitar mereka sambil saling mengata-ngatai. Piring, gelas, dan vas bunga melayang begitu saja. Kamu bersyukur di rumahmu piring, gelas, dan vas bunga dipakai dengan semestinya.

Dari luar jendela yang lain, kamu melihat sepasang kakak beradik yang masih kecil sedang berebut mainan mobil-mobilan. Padahal si adik seorang anak perempuan. Si adik menangis sambil meraung-raung. Apa yang menarik dari sebuah mobil-mobilan bagi seorang anak perempuan kecil? Oh, mungkin karena warna mobilnya merah muda. Padahal buat apa berebut? Masih ada puluhan mobil-mobilan lain di dalam kotak mainan yang ada di sudut ruangan.

65.

Ada suara musik yang terdengar sampai keluar. Rupanya dari radio sebuah kamar yang jendelanya tidak ditutup rapat. Seorang gadis berambut panjang terlihat menangis sambil memeluk lutut, matanya menatap lurus pada puluhan foto yang bertebaran di lantai. Dia tidak menyadari sama sekali kelak dirinya akan menertawakan hari ini.

52.

Luana, tidak ada parasut.

44.

Atau matras di bawah sana.

29.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun