Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Dua Hari yang Lalu Saya Baru Membeli Sebuah Pena

23 April 2016   12:42 Diperbarui: 24 April 2016   21:33 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - surat (Shutterstock)"][/caption]Dua hari yang lalu saya baru membeli sebuah pena. Pena-pena yang lama sudah tidak bisa dipakai, bagian ujungnya masuk ke dalam. Kata Ibu, saya terlalu menekan penanya saat menulis dan menggambar. Tapi saya menekan pena karena sedih. Mengungkapkan rasa sedih dengan menekan pena jauh lebih baik daripada membanting meja, atau menusuk kamu.

Agar tidak kehabisan uang jajan, pena baru ini saya pakai pelan-pelan. Saya menamainya agar tidak hilang. Saya juga tidak pernah menekannya sedikit pun. Saya menulis perlahan, menggambar perlahan. Saya melakukan hal-hal yang saya bisa lakukan agar pena baru tetap awet. Saya ingin kamu juga melakukan hal-hal yang menjadi bagian kamu agar pena tidak rusak. Agar pena tidak terpaksa saya tekan-tekan ketika menulisi kamu surat. Agar pena tidak terpaksa saya tekan ketika menggambar pemikiran-pemikiranmu. Agar ujung pena tidak berakhir di bola mata kamu.

Ha. Saya bisa menghukum diri saya sendiri kalau bola mata kamu terluka.

Jadi lupakan saja.

***

Saya sudah menulis puluhan surat kepada kamu hari ini. Saya keluar dari rumah dan membawa sebuah kardus besar berisi surat-surat itu. Saya berjalan sejauh mungkin dari rumah. Semua surat saya lemparkan ke langit. Surat-surat saya sebelum hari ini selalu kembali jatuh ke tanah. Tapi hari ini, tidak ada satu pun surat yang jatuh ke tanah. Saya tahu kamu menerimanya, Angkasa. Meski tidak ada balasan secarik pun. Mungkin kamu tidak membalas karena pertanyaan-pertanyaan saya terlalu retorik.

Apa kabar, A?

Tidak ada yang lebih baik daripada tinggal di atas langit. Tidak ada yang lebih baik daripada berwarna biru muda, serupa laut, serupa pensil warna yang paling sering habis. Saya tahu, Angkasa. Saya cuma ingin ditanya kabar juga. Meski tidak ada yang menarik dari diri saya.

Apakah kamu sedang sibuk?

Kalaupun kamu sedang tidak sibuk, kamu tetap tidak mempunyai alasan yang cukup kuat untuk membalas surat saya.

Bagaimana rasanya cantik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun