"Temanmu mana, Alana?"
Alana berbalik dan berjalan ke arah Ibu sambil berujar, "Alana bilang tante suka warna merah," sorotan mata itu bukan milik Alana.
"Segini kurang tidak?" tanyanya sambil tersenyum, mengeluarkan pisau yang ia sembunyikan di punggungnya dengan cepat, dan menusuk jantung Ibu bertubi-tubi dengan pisau.
-
Hai! Terima kasih sudah baca sejauh ini, ya. Kali ini saya mencoba genre yang berbeda dari biasanya, dan mencoba bermain-main dengan plot twist. Meski kisah kali ini tidak manis, tapi semoga tetap berkenan di hati pembaca.Â
Terima kasih! Sampai bertemu lagi!
Salam hangat,
Livia Halim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H