Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesi Cerita Pukul Dua Belas Kurang Dua Belas

3 Oktober 2017   18:15 Diperbarui: 3 Oktober 2017   18:21 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pukul 12 kurang 12!" sorak Luana sambil membentangkan tikar besar di tengah ruangan.

Kami duduk sila, melingkar, bersiap bercerita ten...

"Hei Alka, lepas saja topimu. Di sini tidak ada yang mengataimu racun meski rambutmu biru."

"Oh ya."

"Sejujurnya, Alka, rambutmu juga tak perlu dipotong sependek itu."

Sejak kemarin, kami berencana membuat sesi cerita pada malam hari. Masing-masing dari kami harus membagikan ketakutan-ketakutan terbesar kami di semesta.

"Kamu yang mulai dulu, Alka."

Lantas saya menceritakan ketakutan terbesar saya. Saya takut suatu hari warga kota memutuskan untuk membakar rumah saya saat saya terlelap, karena rambut saya biru. Mereka memakai topeng putih polos yang seragam, seolah-olah selama ini mereka selalu berpikir dan bertindak seragam.

"Mereka mungkin juga muncul dengan wajah yang menyeramkan," sambar Jika Saja.

"Tidak," ujar saya cepat. Wajah-wajah menyeramkan yang muncul di jendela beberapa detik lalu lenyap. "Wajah mereka tidak menyeramkan karena mereka juga manusia."

... manusia-manusia berambut gulali merah muda.

"Manusia seharusnya tidak jahat, Alka. Mereka bukan manusia."

"Biar saja, Alka bebas berkisah!"

"Manusia tidak pernah jahat, Luana. Binatang yang jahat, karena memakan manusia, menghisap darah dan mencabik-cabik daging manusia. Iblis juga jahat karena menghasut manusia untuk berbuat hal-hal yang kejam, manusia berada di luar kendali. Tuhan juga jahat karena mencipta manusia yang berbeda."

"Tidak. Mereka jahat karena mereka jahat."

"Manusia bisa menggerakkan gambar dan berkemah di bulan. Membakar rumah beramai-ramai hanya karena rambut Alka biru sama sekali bukan hal yang mungkin mereka lakukan."

"Mereka jahat karena mereka jahat, Jika Saja."

"Tunggu, Alka di mana?"

Selanjutnya Luana menceritakan ketakutannya jika Angkasa runtuh. Kisah-kisah Jika Saja melayang di langit-langit. Langit-langit? Ruangan ini tak lagi beratap. Ratusan lumba-lumba biru berenang di kejauhan.

-

Alka | Alka 2.0

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun