Halo Kompasianer!
Kali ini saya akan membahas film- film menarik dan unik yang berjenis “dark beauty”. Apa itu “dark beauty”? Saya pun awalnya agak bingung menamai kategori dari film- film yang hendak saya rekomendasikan kali ini. Yang pasti, film- film berikut ini memiliki satu kesamaan, yaitu adanya suatu keindahan yang menyeruak keluar dari dalam kekelaman atau kegelapan. Hmm…
Pada dasarnya film- film jenis ini bergenre dasar horror atau thriller, namun ada bumbu- bumbu keindahan yang juga tersaji di dalamnya, baik dari segi sinematografi maupun plotnya. Yang saya suka dari film- film berjenis ini adalah sisi estetiknya. Ada semacam sensasi tersendiri ketika disuguhkan oleh suatu tontonan yang bukan hanya berisi adegan menyeramkan ataupun adegan sadis yang dangkal, namun juga menampilkan sisi- sisi keindahan.
Nah, dalam artikel kali ini , saya akan membahas mengenai opini dan kesan- kesan saya pribadi terhadap film- film unik ini. Saya juga akan menyertakan plot dari setiap film.
Selamat membaca!
1. Crimson Peak (2015)
Film ini bisa dibilang merupakan film yang paling “dark beauty” yang pernah saya tonton. Bagaimana tidak? Film ini merupakan film garapan the one and only Guillermo del Toro! Karya- karya del Toro memang tidak diragukan lagi, mengingat film- film garapannya sebelumnya juga memiliki “nyawa” yang begitu kuat. Lihat saja Hellboy (2004) dan Pasific Rim (2013).
Crimson Peak merupakan film bergenre gothic- horror yang dibintangi oleh Mia Wasikowska, Tom Hiddleston, Jessica Chastain dan Charlie Hunnam. Saya sendiri sudah lama mengaggumi Tom Hiddleston, terutama sejak melihat perannya sebagai Loki yang begitu apik dalam sederet film- film garapan Marvel. Begitu juga dengan Mia Wasikowska, yang tampaknya sudah biasa memerankan karakter- karakter perempuan yang unik, sebut saja perannya dalam film Alice in Wonderland (2010), Jane Eyre (2011), dan Stoker (2013) yang akan saya bahas juga pada poin berikutnya.
Genre film yang tidak biasa juga menambah ketertarikan saya kepada film ini. Saya jarang menjumpai film horror yang masih menonjolkan sisi- sisi estetik dan bukan hanya sekedar bertujuan untuk menakut- nakuti para penontonnya saja.
Del Toro berhasil menjawab kerinduan para pengagum era gothic dengan latar belakang gothic yang kental dalam film ini. Sebut saja mansion gothic, pakaian- pakaian gothic, hingga detail- detail khas era tersebut. Bangunan- bangunan seram namun indah khas gothic, furnitur- furnitur gothic yang cantik dan mengandung banyak misteri, piano klasik, gaun- gaun panjang dan memiliki banyak renda yang indah, dan lain sebagainya. Semuanya sangat indah dan mengagumkan menurut saya.
Film ini cocok bagi Kompasianer yang suka film horror “ringan” namun tetap memiliki cerita yang tidak asal- asalan, serta bagi Kompasianer penyuka era gothic yang menakjubkan.
Oh ya, saya pribadi agak sedih ketika menonton film ini. Ada banyak hal yang begitu kelam dan gelap. Hmmm…
Trailer Crimson Peak bisa dilihat di sini, ya.
Plot
Film ini bersetting pada abad 19. Kala itu, ada seorang gadis bernama Edith Cushing (Mia Wasikowska). Edith adalah seorang anak dari orang penting di Amerika. Sejak kecil Edith bisa melihat hantu/ arwah. Hantu yang pertama kali ia lihat ketika kecil adalah hantu ibunya sendiri yang meninggal akibat wabah kolera hitam.
Hantu ibu Edith kerap kali berkata “beware of Crimson Peak!” (“hati- hati dengan Crimson Peak!”). Edith yang sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan oleh ibunya itu justru malah ketakutan setiap kali mendengarnya.
Edith sendiri adalah seorang penulis fiksi horror fantasi, namun sayangnya penerbit kala itu enggan menerbitkan bukunya karena kala itu jenis buku seperti itu kurang diminati. Semuanya baik- baik saja hingga suatu hari Edith bertemu dengan seorang pria Inggris bernama Thomas Sharpe (Tom Hiddleston) yang datang ke Amerika untuk melakukan penawaran bisnis dengan ayah Edith. Thomas langsung menarik perhatian Edith ketika mereka pertama kali bertemu karena Thomas memuji karya tulis Edith. Thomas juga memperkenalkan Lucille Sharpe (Jessica Chastain), kakak perempuannya yang mahir bermain piano, kepada Edith.
Singkat cerita mereka jatuh cinta dan menikah. Thomas membawa Edith untuk tinggal bersamanya dan kakaknya di sebuah mansion besar misterius berumur ratusan tahun yang terpencil di Inggris. Sebelumnya Thomas hanya tinggal berdua dengan Lucille di sana.
Ketegangan saya (maupun Edith, haha) dimulai ketika Thomas suatu kali memberi tahu Edith bahwa mansion besar mereka yang misterius itu sering dijuluki “Crimson Peak”.
2. Stoker (2013)
Film Stoker ini “aneh” dengan caranya sendiri. “Aneh” karakter- karakternya, “aneh” ceritanya, “aneh” sifat karakter- karakternya, “aneh” musik- musiknya, “aneh” semuanya. Tapi justru ke- “aneh”- an itulah yang membuat saya sangat suka film ini.
Setiap detik film yang bergenre drama- thriller ini diselimuti oleh semacam kemisteriusan dan kegelapan. Hal tersebut didukung permainan sinematografi yang indah namun kelam serta misterius yang diciptakan oleh sang sinematografi, Chung Chung-hoon. Permainan sinematografi film ini agak sulit dijelaskan dengan kata- kata, pokoknya cantik dan estetik sekali. Hahaha.
Nah, seperti yang sudah saya singgung sekilas sebelumnya, film yang disutradarai oleh Park Chan-wook ini diperankan oleh Mia Wasikowska. Ia juga “ditemani” oleh aktor dan aktris luar biasa yang lain, yaitu Nicole Kidman dan Dermot Mulroney.
Saya suka plot film ini yang sebenarnya biasa namun jadi sangat indah dan mencekam karena disajikan dalam bentuk yang sangat unik. Saya juga suka konsep klasik pada film ini. Arsitektur rumah yang klasik, pakaian- pakaian para pemerannya yang klasik, dan semua hal- hal klasik lainnya di film ini.
Setelah saya menonton film ini, saya mencari original soundtrack- nya juga karena musik memiliki peran yang sangat krusial dalam film ini dalam menciptakan suasana mencekam. Ternyata, jangankan nonton film- nya, dengar musiknya saja sudah cukup memberikan suasana- suasana haunting yang “aneh”. Soundtrack utama film ini adalah “Becomes the Colour” oleh Emily Wells yang dapat Kompasianer dengar di sini.
Untuk trailer film Stoker, dapat Kompasianer tonton di sini, ya.
Plot
India Stoker (Mia Wasikowska) adalah seorang remaja putri yang sangat dekat dengan sang ayah Richard (Dermot Mulroney). Namun sangat disayangkan pada ulang tahunnya yang ke- 18, sang ayah meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. Bagaimana dengan sang ibu? Hubungan India dengan ibunya, Evelyn (Nicole Kidman) sama sekali tidak hangat. Mereka bagaikan dua pribadi yang sangat berbeda dan sangat asing.
Setelah itu, datanglah seorang paman yang tidak pernah India tahu sebelumnya. Nama paman misterius tersebut adalah Charlie (Matthew Goode). Bagi saya pribadi, pama tersebut terlihat sangat memikat dibalik sosoknya yang misterius. Ia juga masih terlihat sangat muda.
Hari- hari India selanjutnya diisi dengan hari- hari bersama paman Charlie. Seiring waktu, India berhasil membongkar berbagai rahasia tentang paman Charlie dan ayahnya. Ke mana saja Charlie selama ini? Mengapa ia baru muncul setelah sang ayah pergi untuk selama- lamanya?
3. Lizzie Borden Took an Ax (2014)
Lizzie Borden Took an Ax merupakan film dari kisah nyata tentang kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang gadis bernama Lizzie Borden. Ia ditahan di Fall River, Massachusetts, Amerika Serikat pada tahun 1892. Lizzie ditahan atas tuduhan membunuh ayahnya, Andrew Jackson Borden dan ibu tirinya, Abby Borden.
Nah, film yang bergenre crime- drama- mystery ini diperankan oleh Christina Ricci. Mungkin Kompasianer tidak asing lagi dengan nama Christina Ricci, karena perannya yang sangat fenomenal sebagai gadis aneh bernama Wednesday Addams dalam film “Addams Family” di tahun 90-an. Menurut saya, pemilihan Ricci sebagai Lizzie Borden ini sangat tepat.
Ada banyak hal yang saya suka dari film ini. Saya suka penggambaran nuansa tahun 1800an yang terasa sangat kental. Saya suka nuansa- nuansa “kegelapan” (yang estettik) disuguhkan dalam film ini, sehingga meski film ini diadaptasi dari kisah nyata, tetap tidak cenderung monoton. Saya suka cara Ricci memerankan Lizzie Borden yang bertingkah manipulatif. Saya suka plot yang disuguhkan juga karena tidak membosankan dan cenderung membuat saya sebagai penonton ikut bertanya- tanya apa yang akan terjadi kemudian.
Trailer Lizzie Borden Took an Ax dapat ditonton di sini, ya.
Plot
Lizzie Borden (Christina Ricci) adalah seorang guru sekolah minggu yang memiliki seorang ayah, Andrew Borden (Stephen McHattie) yang keras kepada dirinya dan seorang ibu tiri bernama Abby Borden (Sara Botsford) yang diam- diam ia benci.
Suatu kali, Lizzie berteriak histeris setelah melihat sang ayah yang sudah tidak bernyawa di atas sofa dengan wajah hancur. Lizzie sangat terpukul dan tampak sangat kebingungan dengan situasi yang dihadapinya.
Singkat cerita, para penegak hukum setempat datang ke rumah Lizzie untuk memeriksa kasus yang terjadi. Mereka sangat terkejut karena kemudian menemukan juga mayat ibu tiri Lizzie di kamarnya. Seiring waktu, penegak hukum mulai mencurigai Lizzie sebagai pelaku utama pembunuhan sang ayah dan ibu tirinya. Namun, pengacara Lizzie, Andrew Jennings (Billy Campbell) mencoba meyakinkan mereka bahwa seorang wanita tidak mungkin melakukan kejahatan sekeji itu.
Kemudian peradilan demi peradilan pun berlangsung, dan penonton dibuat bertanya- bertanya serta ikut “geger” menanti jawaban dari sang hakim.
4. Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007)
Tampaknya kemampuan sutradara kawakan, Tim Burton memang sudah tidak diragukan lagi. Saya selalu menanti film- film Tim Burton setiap tahunnya karena ia selalu memberikan kejutan- kejutan di setiap karyanya.
Sweeny Todd adalah salah satu film garapan Tim Burton. Dalam film ini, ia bekerja sama dengan Johnny Depp dan Helena Bonham Carter, seperti halnya pada film Corpse Bride (2005), Alice in Wonderland (2010), Dark Shadows (2012), dan lain- lain. Trio ini selalu mampu memukau penonton dengan penampilan mereka. Hmmm…
Sweeney Todd ini sendiri merupakan film bengenre horror musical. Namun sesungguhnya, tidak ada hantu ataupun arwah ditampilkan di film ini. Film ini menampilkan adegan- adegan pembunuhan estetik serta musik- musik indah yang dinyanyikan sendiri oleh para pemain (karena ini merupakan film musikal tentunya).
Film yang mengambil setting di tahun 1800an ini memiliki keindahan- keindahan yang khas, dipadu dengan kekelaman- kekelaman khas Tim Burton yang selalu ia tampilkan di semua filmnya. Saya pribadi selalu jatuh cinta pada visual yang disuguhkan dalam karya- karya Burton. I always think Tim Burton is a true definition of “dark beauty” itself.
Nah, trailer film Sweeney Todd bisa ditonton di sini, ya.
Plot
Benjamin Barker (Johnny Deep) adalah seorang tukang cukur yang hidup bahagia bersama istrinya yang cantik (Laura Michelle Kelly) dan anak lucunya yang masih bayi. Benjamin sangat mencintai keluarga kecilnya yang bahagia tersebut.
Suatu hari, Hakim Turpin (Alan Rickman) tergoda melihat istri Benjamin dan sangat ingin merebutnya. Kemudian, ia melakukan strategi- strategi jahat untuk menjebak, Hakim Turpin berhasil menjebak Benjamin Barker sehingga ia dikirim ke penjara yang jauh selama beberapa tahun. Setelah masa hukumannya berakhir, Benjamin Barker kembali ke kota asalnya.
Ia kemudian berkenalan dengan seorang wanita penjual pie bernama Mrs. Lovett (Helena Bonham Carter). Mereka bersama- sama menjalankan bisnis pie dan barber shop. Bisnis ini kelihatannya biasa saja dari luar. Namun, di dalamnya ada banyak misteri serta rencana- rencana Benjamin untuk membalaskan dendamnya. Untuk menyembunyikan identitas, ia mengganti namanya menjadi Sweeney Todd.
5. Coraline (2009)
Saya pribadi kurang suka menonton film animasi kecuali yang memang sangat amat bagus. Nah, Coraline ini bukan animasi ecek- ecek dengan hal- hal manis bertaburan di sana- sini seperti film animasi pada umumnya. Mungkin hal tersebut tidak lepas dari sumber utama film ini sendiri. Film ini diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Neil Gaiman yang terbit pada tahun 2002.
Neil Gaiman memang sangat konsisten terhadap karya- karyanya. Ia selalu membumbui karya- karyanya dengan kegelapan yang mencekam. Bahkan, banyak sumber yang mengatakan bahwa novel Coraline jauh lebih creepy daripada film-nya.
Meski konsep utama kisah Coraline adalah masuk ke “dunia lain” seperti halnya kisah- kisah klasik macam Alice in Wonderland karya Lewis Carroll atau The Wonderful Wizard of Oz karya L. Frank Baum, namun saya rasa Coraline adalah yang paling “mengerikan” di antara ketiganya. Nuansa dark- fantasy khas Neil Gaiman sangat terasa dalam kisah Coraline.
Kembali ke film, film ini disutradari oleh Henry Selick yang sebelumnya pernah menggarap film The Nightmare Before Christmas (1993) bersama Tim Burton.
Film ini masih memakai tekhnik stop motion, namun sama sekali tidak terkesan monoton atau membosankan. Saya rasa film ini juga agak “janggal” jika dijadikan sebagai media hiburan bagi anak- anak, mengingat banyaknya hal- hal creepy di film ini.
Hal utama yang membuat film ini sangat indah untuk ditonton adalah karena banyaknya musik- musik creepy yang terus diperdengarkan sepanjang film. Tapi, somehow, musik- musik itu sebenarnya manis juga. Soundtrack kesukaan saya dari film ini berjudul “Dreaming”, yang bisa Kompasianer dengar di sini.
Untuk trailer Coraline bisa ditonton di sini, ya.
Plot
Coraline (Dakota Fanning) dan keluarganya baru saja pindah rumah. Karena bosan, Coraline mulai menyelidiki hal- hal baru di rumah tersebut. Ia menemukan pintu kecil di sebuah ruangan. Singkat cerita pintu tersebut berhasil dibuka.
Coraline awalnya sangat senang karena pintu itu rupanya menghubungkan dia dengan dunia lain yang meski tidak ia kenal, namun semuanya terasa lebih baik. Ia juga memiliki seorang “mama yang lain” di dunia itu, yang dijuluki “Other Mother” (Teri Hatcher). Ia bahkan punya keluarga lain dan teman lain di sana. Anehnya, mereka semua bermata kancing, namun Coraline tidak peduli karena ia merasa diperlakukan dengan sangat istimewa. Orang tuanya di dunia lain sangat memanjakannya. Ia selalu pergi ke sana pada malam hari karena jembatan ke dunia pararel tersebut baru muncul di malam hari.
Coraline juga tidak pernah takut kesulitan untuk kembali ke dunianya, karena begitu ia kembali di pagi hari, ia dengan mudahnya sudah terbangun di kamarnya yang asli. Masalah mulai timbul ketika suatu hari Coraline tetap berada di dunia lain ketika ia membuka matanya di pagi hari.
***
Nah, itu tadi review saya mengenai film- film “dark beauty” yang wajib ditonton. Silakan baca juga Film- Film "Time Travelling" yang Wajib Ditonton. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi rekomendasi tontonan bagi Kompasianer, ya.
(LH)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H