"Diluar puluhan ribu nyawa yang menjadi korban, kemunculan covid-19 akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Selain itu, akan membuat kita lebih siap jika muncul pandemi baru  dimasa mendatang"
Pada akhir tahun 2019, semua orang menantikan pergantian tahun dengan begitu riuhnya. Seperti perayaan tahun sebelumnya, saya dan adik saya telah menyiapkan beberapa batang mercon dan kembang api ditembakkan ke udara sembari menghitung mundur pertanda hari pertama di tahun 2020 dan hari pertama pergantian dekade akan tiba. Sebelum beristirahat, tak lupa kami mengucapkan syukur kepada Tuhan dan berharap tahun 2020 menjadi tahun yang penuh hikmat.
Disaat yang hampir sama, menurut informasi yang beredar  tepatnya pada tanggal 31 desember sebuah penyakit mirip SARS, sebuah penyakit pernapasan akut yang juga pernah muncul di China tahun 2002 silam kembali terdeteksi di Wuhan, Provinsi Hubei, China oleh seorang dokter bernama Li. Namun dengan gejala yang sedikit berbeda.
Segera setelah mendeteksi virus ini, Li langsung menyebarkan temuannya itu ke grup alumni.
"Tujuh pasien dari pasar makanan laut lokal telah didiagnosis menderita penyakit mirip SARS dan dikarantina di rumah sakitnya," tulisnya.
"Saya hanya ingin mengingatkan teman-teman sekelas universitas saya agar berhati-hati," kata Li.
Mungkin pikir mereka, buat apa takut? Toh kita dapat mengalahkan virus Corona 2002.
Pesan itu kemudian diabaikan dan Li dituduh menyebarkan isu yang tidak benar. Sama seperti polisi dalam kasus ini, sekitar 2 Minggu kemudian saya berselancar di dunia maya dan menemukan berita tentang virus ini. Pikir saya dalam hati, paling virusnya di China saja dan tidak bakalan sampai ke Indonesia.Â
Kemunculan virus ini juga diabaikan oleh Italia saat awal kemunculannya pada akhir Januari dan begitu juga dengan Indonesia.Â
Namun virus yang kemudian kita kenal dengan nama Corona virus disease (covid-19) kini telah menyebar dengan sangat cepat hingga ke 202 negara di seluruh dunia dengan 862.766 total kasus serta 42.534 meninggal dunia. Indonesia sendiri sudah terdapat 1.677 kasus, dimana 157 dinyatakan meninggal dunia (Data Worldometers, 01/04)
Dari sedikit pengantar diatas, terlihat jelas bahwa ada sikap pembiaran, masa bodoh, dan ketidakpercayaan tentang sebuah kasus. Bak kapal Titanic yang menabrak ujung gunung es, sikap itulah yang menjadi awal malapetaka.
Tidak hanya dari segi nyawa, kemunculan covid-19 membuat semua tatanan menjadi berantakan dan berdampak kesemua bidang. Jalanan menjadi sepi akibat kebijakan karantina, isolasi diri bahkan Lockdown hampir di semua negara di dunia. Hampir semua fasilitas publik ditutup, aktivitas produksi dan konsumsi menjadi menurun drastis yang berdampak pada bidang ekonomi.
Sama halnya pasar saham yang telah runtuh, memengaruhi pensiun dan tabungan, PHK massal, maskapai penerbangan yang mungkin tidak lagi beroperasi hingga waktu tertentu, Â tekanan mental terputus dari keluarga dan teman-teman tidak mudah ditangani - terutama di samping kekhawatiran infeksi.