Mohon tunggu...
Liufany Astomie Putri
Liufany Astomie Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Be a rainbow in someone else's cloud

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah: Perjuangan Menghadapi Belanda Melalui Jalur Militer

12 Februari 2021   12:00 Diperbarui: 12 Februari 2021   14:10 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan serangan atau aksi militer secara sepihak tanpa mengumumkan perang kepada RI. Oleh pihak Belanda hal itu sebagai aksi polisionel, bukan agresi militer. Dalam waktu singkat wilayah-wilayah Indonesia diserang, diantaranya sebagian Sumatera yang merupakan daerah perkebunan dan daerah Jawa Barat yang merupakan salah satu penghasil padi yang cukup besar. Alasan agresi militer Belanda I selain disebabkan oleh faktor politik, militer, dan ekonomi. Belanda ingin menguasai daerah perkebunan sebagai sumber pendapatan sekaligus mematikan ekonomi Republik Indonesia. Selain itu, membutuhkan pasukan pangan (padi) untuk memenuhi kebutuhan tentaranya yang besar dan membuat wilayah RI kekurangan bahan pangan.

Agresi Militer II (Desember 1948)

19 Desember 1948 pukul 05.00 Belanda mulai menyerang Ibukota Yogyakarta. Serangan Belanda ke Yogyakarta berhasil gemilang. Pukul 16.00 seluruh kota jatuh ke tangan kekuasaan tentara Belanda. Soekarno-Hatta sepakat mengirim surat yang telah ditandatanganinya kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara yang pada waktu itu menjabat sebagai menteri kemakmuran, untuk membentuk PDRI. Akan tetapi, ternyata radiogram itu tidak sampai kepada Syafruddin. Berdasarkan pengaruan Syafruddin, atas desakan partai dan militer di Bukittinggi, Mr. Syafruddin mengambil prakarsa membentuk PDRI. Intruksi yang sama juga dikirim oleh pemerintah RI kepada Dr. Sudarsono, Palar, dan Maramis di New Delhi apabila Syafruddin gagal membentuk pemerintahan. Soekarno, Sutan Syahrir, dan Agus Salim mereka diasingkan ke Brastagi lalu dipindahkan ke Prapat, Sumatera Utara. 31 Desember 1948 Hatta, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Roem Roijen, Mr A. G. Pringgodigdo, Mr. Assaat, Komodor S. Suryadarma diasingkan ke Muntak, di Pulau Bangka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun