Mohon tunggu...
Litza NadyaMarita
Litza NadyaMarita Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahsiswa uin jkt

suka bahasa dan science, art juga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dari Presepsi ke Realitas: Memahami Konsep Diri Melalui Lensa Teori Hurlock

20 Desember 2024   22:14 Diperbarui: 20 Desember 2024   22:14 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Responden pertama, Jasmine Saalsabila (dokumen pribadi) 

Dalam memahami konsep diri, Elizabeth Hurlock memberikan pandangan yang mendalam mengenai bagaimana individu memandang dan menilai diri mereka sendiri. Konsep diri, menurut Hurlock, merupakan gambaran komprehensif tentang diri seseorang yang meliputi keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspiratif, dan prestasi yang telah dicapai. Melalui lensa teori Hurlock, kita dapat membedakan antara konsep diri positif dan konsep diri negatif, yang masing-masing memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan kepribadian individu. 

Konsep diri menjadi salah satu aspek penting dalam psikologi perkembangan karena ia berfungsi sebagai kerangka acuan bagi individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hurlock membagi konsep diri menjadi dua kategori utama: konsep diri sebenarnya (real self) dan konsep diri ideal (ideal self). Konsep diri sebenarnya mencerminkan bagaimana individu melihat dirinya berdasarkan pengalaman dan interaksi sosial, sedangkan konsep diri ideal adalah gambaran tentang siapa mereka ingin menjadi. Ketidaksesuaian antara kedua konsep ini dapat mengarah pada perasaan tidak puas dan konflik internal, yang sering kali berujung pada pengembangan konsep diri negatif (Kiling, 2015).  

Konsep Diri Positif

Individu dengan konsep diri positif memiliki kesadaran yang baik tentang kelebihan dan kekurangan mereka. Menurut Hurlock, mereka mampu menerima dan menghargai diri sendiri secara utuh. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka untuk tetap optimis meskipun menghadapi tantangan atau kegagalan. Misalnya, seorang remaja yang percaya pada kemampuannya untuk belajar dari kesalahan akan lebih cenderung untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru. Mereka memahami bahwa setiap kekurangan dapat diimbangi dengan kelebihan lain, sehingga mendorong mereka untuk terus berkembang.  

Dalam konteks ini, individu dengan konsep diri positif tidak terjebak dalam penilaian negatif terhadap diri sendiri. Mereka melihat kekurangan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pengembangan pribadi. Hurlock menekankan bahwa perasaan tidak nyaman atau cemas dapat menjadi pendorong untuk mencapai potensi terbaik mereka. Dengan demikian, individu dengan konsep diri positif cenderung memiliki harga diri yang tinggi dan mampu menghadapi situasi sulit dengan lebih baik. 

Konsep Diri Negatif

Sebaliknya, konsep diri negatif sering kali ditandai oleh ketidakpuasan dan keraguan terhadap kemampuan diri. Individu dengan konsep diri negatif mungkin merasa cemas atau tidak percaya diri ketika menghadapi situasi sosial atau tantangan baru (Saefullah, Lailiyah, Rosyida, 2021). Misalnya, seorang siswa yang merasa gugup saat presentasi di depan kelas mungkin mencerminkan ketidakmampuan untuk menerima dirinya sendiri sepenuhnya. Hurlock menjelaskan bahwa pengalaman-pengalaman negatif dalam hidup, seperti kritik dari orang lain atau kegagalan dalam mencapai tujuan, dapat memperkuat konsep diri negatif ini.  

Konsep diri negatif juga dapat menghambat perkembangan individu. Mereka mungkin terjebak dalam pola pikir yang merugikan, di mana fokus utama adalah pada kelemahan daripada potensi yang dimiliki. Untuk mengatasi hal ini, Hurlock menyarankan bahwa individu perlu belajar untuk mengubah cara pandang mereka terhadap diri sendiri---dari menilai secara kritis menjadi menerima dan menghargai segala aspek dari dirinya (Kiling, 2015). 

Melalui pemahaman tentang konsep diri positif dan negatif menurut Hurlock, kita dapat melihat pentingnya membangun citra positif tentang diri sendiri sebagai langkah awal menuju perkembangan pribadi yang sehat. Dengan demikian, proses pembelajaran tentang konsep diri tidak hanya membantu individu memahami siapa mereka saat ini tetapi juga memberikan arah bagi siapa mereka ingin menjadi di masa depan. 

Dengan demikian, penulis melakukan observasi dengan menggunakan metode wawancara untuk menggali informasi mengenai konsep diri siswa Sekolah Menengah Atas dan setaranya. Instrumen yang digunakan adalah skala konsep diri yang terdiri dari aspek positif dan negatif. Berikut merupakan skala yang digunakan pada saat melakukan wawancara: 

Skala Konsep Diri Positif:

  • Menurut Anda, faktor apa saja yang membuat seseorang merasa tidak percaya diri atau merendahkan dirinya sendiri? Apakah Anda pernah mengalaminya? 
  • Bagaimana dukungan dari keluarga, teman, atau lingkungan sekitar membantu Anda merasa lebih percaya diri dan menghargai diri sendiri?
  • Apa yang biasanya Anda lakukan untuk menjaga pandangan positif tentang diri Anda, terutama ketika menghadapi kritik atau tantangan?
  • Bagaimana cara Anda menyelesaikan konflik tanpa membiarkan emosi, seperti amarah, menguasai diri Anda secara berlebihan?
  • Apa saja hal yang Anda anggap sebagai kekuatan dan kelemahan dalam diri Anda? Apakah Anda merasa puas dan menerima diri Anda sebagaimana adanya saat ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun