Mohon tunggu...
Litza NadyaMarita
Litza NadyaMarita Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahsiswa uin jkt

suka bahasa dan sicence, art juga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cinta dan Kehilangan: Tema Utama dalam Novel "Sekeping Hati Perempuan"

21 Juli 2024   00:28 Diperbarui: 21 Juli 2024   01:08 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Novel Sekeping Hati Perempuan merupakan karya Enny Arrow, yang merupakan nama pena dari Enny Soemargo. Novel ini terbit pada tahun 1968 diterbitkan di Budajata, dengan jumlah halaman sebanyak 131 halaman. Novel ini termasuk dalam kategori sastra populer Indonesia dan dikenal karena gaya penuliannya yang eksplisit dan kontroversial. Pada eksplorasi psikologis Perempuan, novel ini memberikan wawasan mendalam tentang perasaan, pikiran, dan perjuangan emosional yang dalami oleh Perempuan. Sekeping Hati Perempuan menyoroti dinamika hubungan romantis baik yang indah maupun yang penuh dengan konflik. Penggambaran yang dituliskan oleh penulis sangat realistis dengan perasaan seorang Perempuan.

Sekeping Hati Perempuan meskipun kontroversial, tetapi telah menemukan tempatnya di hati pembaca tertentu. Novel-novel seperti ini dikenal dan dikoleksi oleh mereka yang mencari bacaan yang menantang norma dan menawarkan perspektif berbeda. Novel ini mengangkat isu-isu terkait ekspektasi dan tekanan sosial yang dihadapi oleh Perempuan. Tokoh utama sering kali berjuang untuk menemukan jati diri dan kebebasan prbadi di tengah-tengah norma yang membatasi. Selain itu, interaksi dengan keluarga dan lingkungan sosial menambahkan lapisan lain pada konflik yang dihadapi, memperlihatkan bagaimana tekanan dan ekspektasi eksternal dapat membentuk dan mempengaruhi keputusan pribadi.

Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang Perempuan yang bernama Ratih, yang menjalani kehidupan dengan berbagai tantangan. Dengan permasalah keluarga yang diterimanya ketika ia masih SMA. Dengan menerima kabar, jika ibu yang selama ini ia rawat merupakan bukan ibu kandungnya. Permasalahan tentang rumah tangga juga ada pada novel ini. Dilanjutkan dengan ia sudah beranjak dewasa, telah berkuliah dan bekerja, ia bertemu dengan seorang lelaki yang menarik perhatiannya. Lelaki tersebut bernama Anton, seorang pengabdi negara Angkatan Laut. Keduanya saling jatuh cinta dan menjalaninya hingga empat tahun lamanya. Ketika akan beranjak ke jenjang lebih serius, keduanya terpaksa harus berhenti sampai di sana karena perbedaan kepercayaan yang tidak dapat orang tua Ratih terima. Ketika hal ini terjadi, sifat Wanita yang kita ketahui yang selalu mengedepankan perasaan. Ratih tidak terima atas penolakan orang tuanya terhadap lamaran yang Anton tawarkan. Bahkan, ia menjadi membenci bapaknya, seorang yang sangat ia cintai. Akan tetapi, pada suatu saat bapaknya menjelaskan atas keputusannya yang menolak lamaran Anton. Pria yang dipanggil bapak oleh Ratih itu menjelaskan, jika ia tidak maslah jika Ratih menikah dengan Anton jika keduanya masa bodo dengan perbedaan kepercayaannya. Akan tetapi, yang menjadikan ia harus menolak karena ia mengkhawatirkan nanti yang akan menjadi keturunannya Ratih. Ia akan merasa bersalah jika nanti cucunya merasakan kebingungan dan harus memilih yang mana, ia juga tidak ingin jika nantinya keturunan Ratih memilih kepercayaan dari bapaknya dan berakhir Ratih yang dikucilkan.

Setelah mendengar penjelasan dari bapaknya, Ratih hanya diam sambil tetap menangis saat menyadari jika bapaknya berfikir sangat jauh dibandingkan dia yang sedang dimabuk cinta dan tidak bisa berfikir dengan jernih. Paginya, Ratih pun bertekad meninggalkan rumah untuk pergi ke tempat di mana ia bekerja dengan diantarkan oleh bapaknya. Setelah menaiki kereta dan mulai berjalan ia melihat masih terdapat sosok bapaknya yang masih melihat kepergiannya dengan kereta. Ratih pun akhirnya pergi meninggalkan kota tempat ia dibesarkan sekaligus kota yang menjadi tempat yang sangat menyakitkan dengan perasaan yang sangat sesak. Setelah  sekian lama akhirnya Ratih bertemu dengan seorang lelaki yang tiba-tiba mengunjungi bapaknya yang ada di kampung tanpa memebritahukan padanya dulu. Lelaki tersebut bernama Rusmanto, setelah mendengar cerita dari bapaknya tentang niat Rusmanto, Ratih pun menerimanya dan akan memikirkan matang-matang dengan pikiran yang jernih. Setelah sekian lama, ia pun menjadi seorang istri dari Rusmanto.

Pada awal pernikahan Ratih dan Rusmanto menikah dengan harapan akan hidup Bahagia bersama. Pada awal perniakahan, mereka saling mencintai dan berusaha membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis. Namus, seiring berjalannya waktu, berbagai masalah muncul menguji kekuatan cinta dan komitmen mereka. Masalah dalam pernikahan mereka tidak hanya berasal dar luar, tetap juga dar dalam hubungan mereka sendiri. Perbedaan karakter dan harapan antara Ratih dan Rusmanto sering kali menjadi sumber pertengkaran. Rusmanto, yang memiliki pandangan tradisional tentang peran suami istri, sering kali tidak memahami keinginan Ratih untuk kebebasan dan kemandirian.

Ratih sebagai tokoh utama, menghadapi pergulatan emosional yang mendalam. Dia merasa terperangkap dalam peran istri yang diharapkan oleh suaminya. Di satu sisi, sia ingin memenuhi ekspektasi tersebut, tetapi di sisi lain dia merasa kehilangan dirinya sendiri. Konflik internal ini menyebabkan Ratih sering kali merasa tertekan dan tidak Bahagia dalam pernikahannya. Meskipun menghadapi banyak masalah, Ratih dan rusmanto berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Mereka mencoba berkomunikasi lebih baik dan mencari kompromi untuk mengatasi perbeddaan mereka. Namun, usaha ini tidak selalu berhasil, dan mereka terus menghadapi naik turunnya kehidupan pernikahan. Ratih mulai mencari cara untuk menemukan jati dirinya di luar peran istri dan ibu. Dia mulai mengejar minat dan bakatnya, berusaha mencari kebahagiaan yang lebih dalam hidupnya. Pencarian ini tidak mudah, karena dia harus menghadapi tekanan sosial dan norma-norma tradisonal yang mengikatnya.

Setelah melalui berbagai konflik danpergulatan emosional dalam pernikahannya dengan Rusmanto, Ratih memutuskan untuk mengejar kebebasann dan kemandirian. Dia menyadari bahwa kebahagiaan pribadinya adalah yang terpenting dan memutuskan untuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan, karir atau minat pribadi lainnya. Hubungan Ratih dengan Rusmanto mencapai titik di mana mereka harus membuat Keputusan besar. Meskipun mereka berusaha memperrbaiki komunikasi dan mencari kompromi, perbedaan mendasar dalam harapan dan pandangan hidup membuat mereka menyadari bahwa mungkin mereka lebih baik menjalani hidup secara tepisah. Novel ini mungkin berakhir dengan mereka memilih untuk berpisah demi kebahagiaan masing-masing, menekankan pentingnya kebebasan dan pemenuhan diri.

Ending novel ini juga menyoroti pertumbuhan pribadi Ratih. Dia menemukan kekuatan dalam dirinya untuk menghadapi tantangan hidup dan mengmabil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan. Perjalanan ini mengajarkan Ratih tentang Keputusan yang mungkin sulit tetapi benar bagi dirinya. Melalui ending yang mungkin tidak konvensional, Enny Soemargo menyampaikan pesan sosial tentang pentingnya menghargai hak-hak Perempuan untuk mengejar kebahagiaan dan kemandirian. Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan norma-norma sosial dan bagaimana mereka mempengaruhi kehidupan prbadi, serta pentingnya dukungan sosial dalam perjalanan menemukan jat diri.

Tema utama dalam novel ini adalah eksplorasi perasaan dan kehidupan Perempuan dalam mengadapi tantangan emosional, sosial, dan moral yang mencakup kebebasan pribadi, hubungan romantis dan perjuangan emosional. Alur yang terdapat di novel ini, yaitu alur maju. Cerita berkembang secara kronologisdengan focus pada perkembangan emosional dan peristiwa-peristiwa tokoh utama. Latar pada cerita ini terdiri dari tempat, waktu, dan sosial. Pada latar tempat, beragam tempat yang digambarkan, seperti rumah, tempat kerja dan lingkungan sosial. Pada latar waktu, tidak dijelaskan secara spesifik, tetapi mencerminkan konteks modern dengan tantangan dan dinamika sosial kontemporer. Sudut pandang yang dipakai dalam novel ini, yaitu sudut pandang orang pertama. Tokoh sebagai narrator, memberikan pandangan mendalam tentang pikiran dan perasaan pribadinya. Selain itu, novel ini juga memakai sudut pandang orang ketiga serba tahu, dengan memberikan pandangan menyeluruh tentang semua karakter dan peristiwa. Sedangkan, untuk gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Deskriptif, penggunaan deskripsi yang kaya untuk menggambarkan perasan, pikiran, dan lingkungan. Dialaog realitis, mencerminkan percakapan sehari-hari dengan emosi dan nuanasa yang realistis. Amanat yang terkandung, yaitu kebebasann dan kemandirian, keberanian menghadapi tekanan sosial, dan  pentingnya refleksi diri.

Tokoh yang di dalam novel:

  • Ratih: sebagai seorang protagonis, Ratih Digambarkan dengan kedalaman emosional yang kuat. Perjuangannya untuk menemukan jati diri di tengah-tengah norma sosial yang ketat.
  • Rusmanto: karakternya lebih kompleks daripada sekadar antagonis. Dia juga berjuang dengan harapan dan tekanan yang dia rasakan sebagai suami, dan perjalanannya dalam memahami Ratih adalah bagian penting dari cerita.
  • Anton: digambarkan sebagai sosok yang menarik, berwawasan luas, dan memahami keinginan serta kebutuhan Ratih. Dia mungkin lebih progresif dalamm pendangannya tentang peran Perempuan, memberikan Ratih ruang untuk mengekspresikan dirinya tanpa tekanan sosial.
  • Ayah Ratih: tegas, penyayang, otoriter, sedikit kaku. Dia merasa bertanggung jawab untuk memastikan anak-anaknya, terutama Ratih.
  • Ibu Ratih: pengertian, penyayang, dan lebih terbuka terhadap perubahan. Meskipun demikian, dia tetap menjaga atas keterbatasan dalam mendukung kebebasan Ratih sepenuhnya.                                                                                                   
  • Novel yang terbit di tahun 1968 ini memiliki hubungan dengan periode yang penting dalam Sejarah Indonesia yang mempengaruhi konteks sosial dan budaya dalam cerita. Hubungan antara cerita dalam novel ini dengann tahun terbitnya mencerminkan berbagai aspek sosial, politik, budaya yang relavan pada masa tersebut.
  • Konteks sosial budaya: pada tahun 1968, Indonesia mash sangat dipengarauhi oleh norma-norma tradisional menganai perann Perempuan dalam Masyarakat. Perempuan diharapkan untuk memprioritaskan keluarga dan rumah tangga di atas segala hala, sering kali mengorbankan keinginann pribadi dan kebebasan. Novel inimengeksplorasi konflik anatara harapan sosial tersebut dan keinginan indvdu perempua, seperti yang dialami oleh Ratih.
  • Konteks politik: Tahun 1968 adalah masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Periode ini ditandai oleh perubahan besar dalam politik dan Masyarakat Indonesia, termasuk penekanan pada stabilitas dan Pembangunan ekonomi. Tema-tema dalam novel ini, seperti pencarian jati diri dan kebebasan, mencerminkan keinginan Masyarakat untuk stabilitas dan identitas baru setelah periode ketidakpastian. Perubahan politik dan sosial pada masa itu juga mempengarhi kehidupan sehari-hari individu, termasuk hubungan keluarga dan dinamika gender.
  • Literatur dan kebebasan Ekspresi: tahun 1960-an merupakan periode penting bagi sastra Indonesia, di mana penulis mulai mengeksplorasi tema-tema baru dan lebih berani dalam menyuarakan krirtik sosial. Enny Soemargo, dalam novel ini mencerminkan semangatzaman tersebut dengan mengejsplorasi tema-tema kontrovesional seperti kebebasn Perempuan dan konflik gender.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun