"Hai sayang, bagaimana menurutmu penampilan baruku?", tanya suamiku sambil memakai topi koboi. Aku tertawa kecil melihatnya.
"Kamu keren sekali sayang", ucapku lembut sambil membuka lebar-lebar kedua tanganku untuk memeluknya dari ranjangku. Suamiku menghampiriku dan memberiku pelukan yang hangat dan mesra.
Lalu, putri kecil kami yang baru duduk dikelas SMP tiba-tiba masuk sambil memakai topi koboi juga.
"Taadaaa...., gimana penampilanku mama? Apakah sekeren papa?", tanyanya sambil berlenggak-lenggok seperti seorang pragawati. Kami tertawa kecil melihatnya.
Tetapi, tawa itu langsung terhenti berganti air mata. Bukan air mata karena sedih atau kecewa, tetapi justru sebaliknya air mata yang begitu bahagia.
Suamiku memberi tanda pada putri kecil kami, dan ketika mereka membuka topi mereka, keduanya botak.
Aku, sejak divonis terkena kanker yang cukup langka, aku terpaksa harus berdiam diri setiap hari diranjang. Kakiku juga pelan-pelan kehilangan fungsinya.
Rambutku rontok sehingga menjadi botak. Dan pada saat ini, suamiku terutama putriku yang sangat membanggakan rambutnya yang pirang panjang keemasan rela mencukur habis rambutnya sehingga aku tidak kesepian dan sendirian yang botak.
Bukankah ini sebuah kebahagiaan yang paling indah? Mereka mungkin akan merasa tidak nyaman dengan penampilan baru mereka, apalagi putri kami yang masih belia dimana kecantikkan justru menjadi sesuatu yang dibangga.
Tetapi cinta yang begitu tulus mengalahkan itu semua.
Cinta mempunyai banyak cara untuk diekspresikan. Ada yang dengan diam-diam. Ada yang dengan langsung. Ada yang romantis, ada juga yang ekstrim. Dan tidak ada yang salah dengan cara-cara tersebut karena ada cinta yang tulus didalamnya.