Dimasa sekarang ini semua orang berhak untuk berpendapat apapun. Entah itu baik atau buruk. Terkadang kita tidak suka mengusik kehidupan orang. Tapi mereka selalu mengusik kehidupan kita. Bukankah itu menjengkelkan!!! Berpendapat sich boleh tapi bukan mengada-ada jatuhnya jadi fitnah.
Sekarang manusia itu kebanyakan berpikir "bodo amat sama dosa ntar taubat nebus dosa". Bukankah itu pemikiran yang salah??? Terkadang saya sendiri heran apa salah saya ke mereka yang tidak suka saya?? Saya hanya berpikir saya tidak butuh pengakuan dari manusia saya hanya butuh pengakuan allah. Mungkin dari mereka yang membenci ada cinta allah buat saya,,agar saya belajar lebih sabar.
Terkadang dalam keadaan sudah tak kuasa mendengar kata-kata yang menyakitkan hati. Diri ini hanya mampu menangis sejadi-jadinya. Yang tak saya habis pikir kenapa saya yang disalahkan jika suami saya kurang perduli dengan saudara-saudaranya??? Bukankah wajar seorang suami sayang anak istrinya??? Kenapa saya dibenci???Â
Kemunafikan sekarang ini seolah-olah jadi trend. Iri dengki telah jadi makanan sehari-hari. Tak puas bila belum melihat keterpurukan orang dibenci. Pura-pura berempati sebenarnya berpesta ria bahagia.
Aku hanya manusia biasa yang mudah terluka dan sakit hati. Bukanku membenci atau mendendam. Luka yang tertoreh sulit aku sembuhkan. Walau dengan berjalan waktu bekas luka masih ada. Karena selalu ditorehkan luka baru hingga sulit sembuh luka yang terdahulu.
Saya ingin minta pendapat anda jika suami lebih sayang anak istrinya dibanding saudara dan saudarinya itu salahkah. Karena si suami berpikir sakit senang istri yang mendampingi. Sedangkan saudaranya dikala senang saja menghampiri namun dikala sulit semua berpaling muka dan berkata tidak akan pernah membantu walaupun sebenarnya bisa.Â
Dan juga apakah saudaranya berhak atas harta saudaranya?? Padahal anak istrinya ada. Orangnya saja masih hidup,,tapi hartanya sudah diincar. Â Salahkah jika saya meerasa terluka????
Serongga,,16 februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H