Mohon tunggu...
Literasi Muda
Literasi Muda Mohon Tunggu... Jurnalis - Dalam gelap mencari cahaya, dalam terang mendambakan gelap.

Perspektif berbeda memang hal yang unik, dimana setiap individu dapat menyimpulkan apa yang mereka pahami. Seiring dengan perkembangan digital, perlu rasanya kita kemukakan literasi penyekong terhadap pembenaran itu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Santri Penghafal Qur'an Diterima di Empat Kampus Luar Negeri

6 Juni 2024   19:21 Diperbarui: 6 Juni 2024   19:26 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Faiqul Faris Alhakim

Berita membanggakan datang dari seorang santri pondok Thursina International Islamic Boarding School, Malang Jawa Timur, Faiqul Faris Alhakim. Faris begitu panggilan akrabnya, merupakan salah satu penerima beasiswa S1 dari pemerintah Indonesia melalui Beasiswa Indonesia Maju Angkatan 3 (BIM 3). Jika biasanya santri identik berkuliah di Timur Tengah dengan jurusan keagamaan, Faris justru lulus di 4 kampus top 100 ranking dunia pada jurusan Sains dan Teknik, sesuai dengan cita-citanya sejak kecil yaitu ingin menjadi ilmuan muslim.  
"Menjadi santri itu ibarat duta untuk mengenalkan Islam", begitu pendapat pemuda berdarah campuran Minang dan Jawa ini. Faris yang juga merupakan cicit salah satu ulama Sumatera Barat, Buya H.Arius Syaikhi (alm)  memang dikenal sebagai anak berprestasi sedari kecil, tidak hanya di bidang akademik namun juga dibidang agama.

Terlahir dari keluarga pendidik, Faris mendapatkan motivasi belajar dan berprestasi dari keluarga besarnya. Ayahnya merupakan seorang guru yang sudah menyelesaikan pendidikan sampai S3 di bidang Teknik, Ibunya juga seorang praktisi dan psikolog pendidikan yang pernah merintis beberapa sekolah Islam. Kakek dan nenek Faris juga pernah mengecap pendidikan tinggi, yang mana pada zaman pasca kemerdekaan dulu masih sedikit kesempatan untuk berkuliah. Tentu saja tumbuh dan besar di lingkungan pendidikan yang kental, membuat Faris banyak belajar dari pengalaman keluarganya. Mulai dari beasiswa Supersemar sampai ke beasiswa Unggulan, pernah diterima oleh anggota keluarganya. Jadi walaupun kehidupan sebagai guru pegawai pemerintahan bisa dibilang sederhana, tidak menutup kesempatan untuk mengejar pendidikan tinggi. Bagi Faris ini sebuah tantangan, maka jauh sebelum SMA dia sudah punya impian bisa mendapatkan beasiswa ke Luar negeri.

Impian tersebut kemudian dibuktikannya dengan serangkaian prestasi akademik dan non akademik. Beberapa prestasi yang pernah diraih faris adalah Juara 3 Robotik Tingkat Provinsi Jawa Timur dan juara 2 Robotik Tingkat Nasional, Dimana saat itu Faris masih di jenjang SD. Saat di jenjang SMP, Faris berhasil membawa harum nama sekolahnya, SMPIT Insan Permata Malang dalam kompetisi Robotik Internasional di Malaysia, akan tetapi karena wabah Covid melanda, Faris terpaksa vakum dari ajang lomba robotik selama 2 tahun. Namun selama masa lockdown tersebutlah ia bisa fokus melanjutkan hafalan Qur'an yang sudah dicicilnya sejak kecil. Ketekunannya membawa Faris diterima disalah satu sekolah Favorit dengan beasiswa prestasi, yaitu di SMA Thursina IIBS Malang.

Kesempatan belajar di sekolah dengan kurikulum internasional ini tidak disia-siakan oleh Faris, ia menempa kemampuan bahasa asing dengan sungguh-sungguh. Ia juga melanjutkan hobi meneliti di bidang science hingga berhasil meraih medali emas tingkat internasional di ajang World Youth Invention and Innovation Award, medali perunggu di ASEAN Innovative Science Environmental and Enterpreneur Fair, dan medali perunggu di ajang World Invention Competition and Exhibition.

Rentetan prestasi tersebut kemudian menjadi modal faris untuk mengikuti seleksi dan lolos sebagai salah satu penerima Beasiswa Indonesia Maju yang di berikan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan teknologi. Bersama 200-an siswa SMA berprestasi se Indonesia lainnya, Faris mendapat kesempatan memilih 4 dari 100 Universitas Top rangking dunia. Setelah melalui proses seleksi yang cukup ketat dan berat selama lebih kurang 1 tahun, Faris akhirnya diterima sebagai calon mahasiswa di 4 kampus luar negeri, yaitu Jurusan Teknik Pertambangan di University of western Australia, jurusan Neuroscience di University of Toronto Scarborough Canada, jurusan life science di UoT Mississauga Canada, dan jurusan Psikologi di kampus Toronto St. George. Kemdikbudristek kemudian memilihkan University of Western Australia untuk Faris melanjutkan studi S1 4 tahun kedepan.

Sebelum keberangkatannya ke Australia pada awal Juli 2024 mendatang, Faris sudah melakukan beberapa persiapan, selain persiapan berkas administrasi, tidak lupa juga persiapan mental. Menempuh pendidikan di negara yang berbeda budaya dengan Indonesia tentu butuh mental dan emosi yang matang. Faris ingin berdakwah dengan memberikan teladan yang baik dalam sikap dan akhlak selama menuntut ilmu di Australia. Dia berharap ilmu agama yang sudah dipelajarinya sejak kecil dapat menjadi bekal di perantauan nanti. Salah satu ikhtiar yang menurutnya akan mengawal keimanan selama studi di negara barat adalah dengan muraja'ah hafalan secara rutin, sehingga Insyaallah ia akan selalu terjaga dalam keimanan. Alhamdulillah Faris sudah menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur'an, dia berharap bisa istiqomah beribadah seperti keseharian di pondok dan menjaga diri terutama menjaga identitasnya sebagai seorang santri. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun