Mohon tunggu...
Literasi Muda
Literasi Muda Mohon Tunggu... Jurnalis - Dalam gelap mencari cahaya, dalam terang mendambakan gelap.

Perspektif berbeda memang hal yang unik, dimana setiap individu dapat menyimpulkan apa yang mereka pahami. Seiring dengan perkembangan digital, perlu rasanya kita kemukakan literasi penyekong terhadap pembenaran itu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pembangunan Desa Berkelanjutan Nagari Jawi-jawi Hadirkan Konsep Slow Tourism Village

12 Mei 2024   18:01 Diperbarui: 12 Mei 2024   18:07 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar milik penulis

Oleh Muhammad Zaki

Kabupaten Solok menjadi salah satu Kabupaten yang ada di Sumatera Barat yang memiliki berbagai destinasi wisata dan memiliki ciri khas tersendiri yang menarik dari daerah-daerah lainnya. Potensi wisata alam yang dimiliki Kabupaten Solok di antaranya seperti Danau Kembar, Danau Singkarak, dan wisata religi seperti wisata makam Datuak Katumanggungan. Hal ini menjadikan setiap wisata di Kabupaten Solok menjadi destinasi yang banyak diminati karena objek dan daya tariknya tersendiri. Salah satu nagari di Kabupaten Solok juga melakukan sebuah inovasi yang menyajikan perpaduan wisata alam dan wisata budaya, yaitu Kampung Budaya di Nagari Jawi-Jawi Kabupaten Solok.

Dalam mendukung Wisata Bekelanjutan, Kampung Jawi – jawi menghadirkan beberapa antraksi dan fasilitas yang fokus pada kearifan lokal dan pemberdayaan perempuan melalui bundo kanduang sebagai bagian dari konsep hidup. Sebagai Nagari Wisata, Nagari Jawi-Jawi mengandalkan kebudayaan lokal sebagai daya tarik wisatanya. 

Untuk mencapai tujuan itu, nagari tersebut melakukan pemerekan diri dengan Desa Wisata Kampung Budaya Jawi-Jawi. Para tokoh adat, Kelompok sadar wisata, penggiat wisata, masyarakat, menggandeng pemerintah provinsi dan Kementrian Pariwisata berkolaborasi dalam pengembangan ini. Banyak hal yang telah dimusyawarahkan dalam membangun desa wisata ini, mulai dari pengemasan ide oleh penggiat wisata Sumbar, melakukan koordinasi dengan tokoh adat untuk melestarikan budaya, memperkuat ekonomi masyarakat, serta daya jual oleh pemerintah, terus dikembangkan hingga Nagari Jawi-Jawi menjadi Nagari Wisata sejak 2017 dan tercatat sudah dikunjungi wisatawan yang berasal lebih dari 24 negara. Sebagian masyarakat kampung juga dibekali pelatihan bahasa inggris untuk memandu wisatawan didaerahnya.

Nagari ini telah memiliki pengelolaan pengunjung dengan peraturan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh wisatawan di visitor information. Kebiasaan seorang perempuan di kampung jawi-jawi mengenakan baju kuruang dan tingkuluak, oleh karena itu wisatawan asing juga bisa merasakan memakai tingkuluak dan baju kuruang selama menikmati wisata. 

Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati wisata kuliner lewat Makan Bajamba, dimana kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum para Tokoh Adat (Ninik Mamak) mebacakan petatah petitih. Wisatawan bisa mencicipi masakan khas Jawi-jawi diantaranya adalah samba lado masiak patai cino, randang pangicuah dan galamai karucuik.

Dalam melestarikan dan pemanfaatan Rumah gadang yang ada di Jawi-jawi, Wisatawan juga bisa merasakan menginap di rumah gadang secara terpisah laki-laki dan perempuan. Malam hari hadir atraksi-atraksi lokal seperti randai, tari piriang diateh kaco dan debus serta membaur bersama masyarakat.  Sore hari wisatawan menikmati wisata mindfulness dengan kearifan lokal di atas bukit sambil menikmati kopi khas Jawi jawi dan pisang ketan, malamnya ada parlemen ota lapau untuk pria bermain koa dengan aktor lokal Jawi Jawi dari jam 7 sampai 11 malam di lapau (kedai). Pagi hari wisatawan bisa menaiki naik cigak baruak transportasi lokal menikmati sunrise gunung Talang, dilanjutkan dengan bertani dan menamam bibit serta diakhir dengan atraksi tubing di sungai. Semua atraksi ini terangkum dalam keunggulan Nagari Jawi-jawi lewat Agro wisata,  wisata kuliner, Village tour, Water play (tubbing), Parlemen lapau, Wisata permainan anak nagari, atau wisata budaya kesenian yang jarang ditemukan kecuali hari perhelatan besar saja.

Nagari Jawi-jawi telah menerapkan difusi inovasi dalam kajian komunikasi pembangunan. Sebuah teori difusi inovasi yang dikembangkan oleh Everett Rogers (2003), dimana terdapat lima tahap utama dalam proses difusi inovasi. Tahap -tahap ini menjelaskan bagaimana suatu inovasi menyebar dan diterima oleh masyarakat atau pasar dari waktu ke waktu. Diantaranya;

  • Kesadaran (Awareness): Tahap pertama dalam difusi inovasi adalah kesadaran, di mana individu atau kelompok pertama kali terpapar dengan inovasi. Para tokoh wisata Sumbar telah melakukan studi tiru dengan beberapa wisata yang ada di luar negri. Pada tahap ini, informasi tentang inovasi baru mulai tersebar, biasanya melalui komunikasi interpersonal atau langsung koordinasi dengan kelompok masyarakat.
  • Minat (Interest): Setelah menyadari keberadaan inovasi, kelompok dapat menunjukkan minat awal terhadap inovasi tersebut. Mereka mulai mencari potensi pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Sumatera Barat, namun menawarkan konsep merasakan atraksi yang mereka suguhkan.
  • Evaluasi. Pada tahap evaluasi, individu atau kelompok mempertimbangkan secara lebih mendalam tentang kegunaan, keunggulan, dan kelayakan inovasi. Riset mengenai keunggulan dan kebutuhan para wisatawan dinilai dalam tahapan ini, sehingga yang disajikan adalah hal yang terbaik untuk para pengunjung di Nagari Jawi-jawi.
  • Percobaan (Trial): Tahap berikutnya adalah percobaan, di mana individu atau kelompok mencoba menggunakan inovasi secara langsung. Menggencarkan pemasaran lewat tokoh wisata dan media sosial. Setiap kunjungan berlangsung, mereka kembali evaluasi dari konsep yang disajikan agar terus disukai dan diminati.
  • Adopsi (Adoption): Tahap terakhir dalam difusi inovasi adalah adopsi, di mana individu atau kelompok secara resmi menerima dan menggunakan inovasi secara terus menerus. Pada tahap ini, inovasi telah diterima oleh mayoritas atau sebagian besar pasar atau masyarakat, dan menjadi bagian dari praktik atau kebiasaan yang umum

Proses pengembangan, pemasaran, evaluasi bersama dari semua pihak dan implementasi inovasi harus dilakukan dengan baik dan tepat waktu untuk memastikan keberhasilannya. Keberhasilan SDM dan pengelolaan, menjadikan Pokdarwisnya diminta menjadi Narasumber di berbagai Pelatihan desa wisata di Sumbar. Dengan potensi yang ada di kampung budaya Jawi-Jawi ini, juga menambah dan mendatangkan pendapatan perekonomian untuk nagari dan masyarakat. Setiap diakhir kunjungan para wisatawan akan dipandu oleh para pemandu ke galery wisata untuk membeli melihat makanan-makanan ringan hasil tangan masyarakat Jawi-Jawi dengan maksud dijual sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun