Oleh MUHAMMAD ZAKI
Film merupakan bagian dari media komunikasi massa yang sering kali digunakan sebagai media yang menggambarkan kehidupan sosial dalam masyarakat. Film sebagai salah satu atribut media massa, serta menjadi salah satu kreasi budaya yang memberikan gambaran-gambaran hidup dan pelajaran penting bagi penontonnya.
Seiring dengan perkembangan tren, genre, dan teknologi film, film nasional juga semakin bervariasi, salah satu genre yang berkembang yaitu horor. Film horor memiliki keterkaitan dengan jiwa orang Indonesia dan umumnya melekat pada budaya masing-masing daerah. Hal ini didasarkan bahwa setiap wilayah dan kelompok etnis di Indonesia memiliki kepercayaan takhayul dan kisah misteri mereka sendiri yang menceritakan peristiwa-peristiwa gaib (Ghozi,2010). Perkembangan inilah yang membuat genre ini masih banyak peminatnya hingga berpuluh tahun. Produser film tentu melihat potensi bahwa fitur ini harus dieksploitasi dalam film untuk pasar Indonesia.
Production House (Rumah Produksi) antusias memproduksi film-film horor karena laku di pasaran. Ada banyak rumah produksi film terkemuka di Indonesia terus merilis film bergenre horor ini, seperti MD Pictures (KKN Desa Penari, Ivanna, Rasuk, Danur 1 & 2, Beranak dalam kubur, Pelukis Hantu, dll). Multivision plus (Kuntilanak 1,2,3, Pulau Hantu, Darah Perawan, dll), Falcon Pictures (Guna-guna istri muda, bayi ajaib, Hello Ghost, dll), Visinema pictures ( Jagat Arwah, Susuk), Soraya Intercine Film ( Suzanna, Malam jumat kliwon, mata batin, jeritan malam, The Doll 1,2,3), dan masih banyak lagi rumah produksi baru bermunculan dan mencoba memproduksi film bergenre horor dengan menghadirkan cerita dan aktor-aktor ternama untuk menarik penontonnya.
Selama pertengah tahun 2023, berdasarkan website resmi data film indonesia filmindonesia.or.id, terdapat sepuluh film layar lebar Indonesia dengan penonton terbanyak, dari daftar yang ada, genre horor lah yang mendominasi. Â Hal ini menunjukkan bagaimana genre film misteri memiliki banyak penonton juga kuantitas filmnya semakin banyak.
Film horor Indonesia diawal pada masa Orde Baru tidak bisa dilepaskan dari tiga hal, yaitu komedi, seks, dan religi. Ketiganya menjadi hal yang ampuh untuk membuat film horor Indonesia digemari penontonnya, selain itu terdapat juga 2 ciri khas film horor Indonesia lainnya, yaitu penggunaan simbol agama dan tokoh agama sebagai protagonis. Berikut merupakan bentuk infografis dari Kumparan.com mengenai tren film horor Indonesia mulai dari tahun 1934 hingga saat ini:
Hal paling tragis adalah melihat perkembangan industri film horor Indonesia di tahun 2010-an yang banyak menggunakan unsur-unsur erotis. Hebatnya para produser dan sutradara tersebut menggabungkan keduanya menjadi satu antara Horror yang ditambahi adegan seks didalamnya. Mulai dari pakaian pemainnya, tokoh, hingga posternya. Minat remaja maupun dewasa juga terus meningkat untuk menonton film horor yang di tayangkan. Seperti Film Suster Keramas, Air Terjun Pengantin, dan Hantu Puncak Datang Bulan adalah contoh paling hangat dari genre tersebut.
Untuk mendobrak hal yang kurang baik tersebut, mulai tahun 2017 genre film horor mengalami evolusi yang menarik. Menciptakan cerita dan hal yang menakutkan tak hanya digambarkan dengan kemunculan makhluk mengerikan, namun juga pada cara memainkan emosi dan rasa penasaran penonton. Efek canggih pun sudah mulai digunakan. Kita bisa bandingkan film Pengabdi Setan yang dibuat pada tahun 1980 dengan tahun 2017, dan film Guna-guna istri muda tahun 1977 yang di produksi kembali tahun 2023 ini oleh Falcon Pictures.
Persaingan Produser Film Horor