Hujan yang turun sejak matahari terbenam membuat Mang Jupri gelisah. Rintikan hujan yang tak ingin berhenti cukup mengganggu pikirannya. Padahal Mang Juri siang itu sudah punya janji dengan Ipin. Keduanya punya janji mancing bersama di sungai Jinis. Sebuah sungai yang cukup angker dan dikenal horor.Â
Perasaan Mang Jupri juga menghampiri Ipin. Maklum keduanya sahabat dalam hal mancing-memancing. Saking akrabnya jika Mang Jupri mancing pasti disitu jug ada Ipin begitu sebaliknya. Keduanya sering memancing bersama termasuk di tempat-tempat yang horor.Â
Termasuk di antara kegemaran Mang Jupri dan Ipin yakni memancing ikan di sungai Jinis. Sungainya sempit, pepohonan yang ada di tepiannya rindang dan pemandangannya asri. Selain itu, ikannya juga melimpah dengan berbagai jenis. Dibandingkan dengan sungai yang lain dari sudut pandang para pemancing sungai Jenis adalah pilihan nomor wahid. Di balik keindahannya di mata para pemancing ternyata sungai ini menyimpan banyak misteri dan kategori tempat yang angker.Â
Tidak banyak orang yang berani berlama-lama di sungai ini apalagi kalau matahari sudah tenggelam. Malam mulai tiba hingga matahari terbit. Sudah sering terdengar berita orang yang mandi di sungai ini di malam hari tidak kembali alias hilang. Jikalau pun kembali sudah tak bernyawa.Â
Kabar yang beredar luas, di sungai ini terdapat sosok astral mirip laki-laki yang bertubuh besar dan kulitnya berwarna hitam kelam. Selain itu juga sering nampak perempuan cantik berbaju putih dengan bau yang sangat harum menyengat. Kedua makhluk ini sering menghampiri termasuk jika orang memancing di sungai ini tengah malam.Â
Dengan segala berita horornya sungai Jinis tidak lantas membuat Mang Jali dan Ipin takut. Bahkan keduanya menjadikan sungai Jinis sebagai sungai kategori surganya ikan. Sekalipun hujan keduanya tetap nekat berangkat. Termasuk malam itu, malam Jumat Kliwon yang hujan turun sejak sore.Â
Pada malam itu, tepat jam 23.30 hujan reda. Dengan semangat membara Mang Jupri dan Ipin berangkat menuju sungai Jinis, sembari berharap pulang membawa ikan yang cukup lumayan. Setelah perjalanan kurang lebih memakan waktu dua puluh menit dari rumah, sampailah Mang Jupri dan Ipin di sungai Jinis.Â
Sesampainya di sungai, keduanya menyiapkan pancing  memasang umpan. Malam yang semakin gelap turut mengiringi suasana gemericiknya air sungai yang semakin nyaring terdengar. Setelah kurang lebih satu jam berselang umpan yang dipasang oleh Ipin disambar ikan. Begitu juga kail milih Mang Jupri sudah mulai bergerak tanda ikan akan segera nyangkut di mata pancing. Setelah keduanya berhasil menaklukkan tarikan ikan, ikan pun didapat dengan ukuran lumayan besar. Baik ikan milik Mang Jupri atau Ipin tidak jauh ukuran dan beratnya.Â
Setelah ikan pertama berhasil terpancing, baik Mang Jupri ataupun Ipin memasang umpan untuk kedua kalinya. Nah di saat inilah sosok lelaki hitam legam tiba-tiba muncul di depan mereka. Kemunculannya disertai asap tebal. Kemunculan sesosok makhluk astral yang secara tiba-tiba ini membuat buku kudu Ipin berdiri. Pun juga membuat Mang Jupri mencucurkan keringat dingin.Â
Tidak cukup itu, sesok hitam itu tertawa dengan keras. Ha ha ha, suaranya begitu nyaring. Dengan sigap Mang Jupri mengancam si makluk ini, "Hai makhluk menyingkir lah!" Saat Mang Jupri berusaha mengusir si makhluk besar, Ipin dengan komat-kamit membaca doa yang ia peroleh dari ayahnya. Selang beberapa menit kemudian makhluk ini lenyap tanpa meninggalkan jejak.Â
Malam semakin gelap, setelah si makhluk hitam lenyap, datanglah sosok perempuan sangat cantik tiba-tiba menyapa Mang Jupri dan Ipin. "Hai Jupri dan Ipin berhentilah memancing, dan pergilah dari sini." Tanpa ragu baik Mang Jupri maupun Ipin masing-masing membaca doa yang keduanya dapat dari Pak Haji Qomar. Sesaat kemudian sesosok wanita cantik itu lenyap. Beruntunglah keduanya bisa mengusir dengan sigap. Konon jika dalam satu malam ada orang di sungai itu di datangi dua makhluk ini esoknya tidak akan kembali.Â