Mohon tunggu...
Mustamsikin
Mustamsikin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mencintai dunia literasi, berhubungan dengan buku dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Anak Lebih Mudah Bahagia Daripada Orang Tua

8 Januari 2025   23:30 Diperbarui: 8 Januari 2025   23:27 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Keceriaan anak kecil menambah kebahagiaan orang tua. Anak yang senang dengan aktivitas yang ia lakukan juga dapat menambah kasih sayang orang tua. Pun juga orang tua akan berusaha bagaimana anak terus dalam kebahagian. 

Bagaimana anak bisa bahagia? Secara natural anak pada usia belia sangat mudah menemukan kebahagiannya sendiri. Dengan bermain ayunan misalnya ia nampak begitu senang. Terkadang hal-hal yang menurut orang tua dianggap remeh, bagi anak menjadi pemantik energi keceriaan. 

Lain anak lain orang tua dalam urusan kebahagian. Anak usia dini lebih mudah menemukan kebahagiaan, dari pada orang tua. Hal ini terjadi karena bagi anak untuk bahagia tidak perlu banyak syarat. Kadang bermain petak umpet sudah dapat membuat mereka tersenyum lebar. Berbeda dengan orang tua yang syarat kebahagiaan terlalu rumit. 

Terkadang untuk bahagia orang tua nunggu punya uang, rumah, punya pasangan, ada jaringan internet, atau bahkan membayangkan jalan-jalan ke tempat wisata. Syarat-syarat seperti itulah yang membuat orang tua lebih sulit untuk merasa bahagia.

Berdasar pengalaman penulis untuk anak dapat mendapatkan kebahagian cukup diberi beri ruang atau kesempatan agar anak mengeksplor dirinya sendiri. Membiarkan anak bermain sepuasnya dengan tetap diawasi. Jika ini diterapkan kebahagian itu pun akan muncul pada anak. 

Beberapa hal yang demikian tidak terjadi pada orang tua. Untuk ceria nunggu punya uang misalnya. Untuk tersenyum memerlukan hidangan kopi ditambah kondisi tubuh yang fit dan masih banyak lagi. 

Kebahagian yang bersyarat demikian sebaiknya diminimalisir sebagaimana kata Ibnu Atha'illah, "Sedikitkan sesuatu yang membuatmu bahagia, maka sedikit sekali yang kelak membuatmu bersedih."

Ungkapkan Ibnu Atha'illah jika diterapkan akan menjadi sebuah solusi bagi siapapun terlebih mereka yang sulit bahagia. Padahal bahagia itu mudah saja. Asal syaratnya minimalis bahagianya juga segera terasa. 

Tentang sebuah kebahagiaan Imam Al-Ghazali juga menyinggung hal ini. Menurutnya, seorang yang dilanda kesedihan, maka sebaiknya ia segera pergi ke pemakaman. Kenapa kesana? Orang yang telah mati berharap hidup kembali, sedangkan orang yang masih hidup masih punya kesempatan untuk berbuat lebih daripada orang yang telah mati. 

Beberapa tawaran resep bahagia di atas tepat untuk dicoba. Pastikan diri kita berusaha bahagia agar tidak mudah dijerumuskan oleh setan yang menggiring opini bahwa ketidakbahagiaan timbul dari ketidakadilan Tuhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun