Mohon tunggu...
Fact Checker UI
Fact Checker UI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UKM Fact Checker Universitas Indonesia

Fact Checker Universitas Indonesia adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang literasi digital dan periksa fakta. UKM ini telah berdiri sejak tahun 2020 dan memiliki tujuan sebagai forum untuk mahasiswa melakukan kegiatan periksa fakta, mengedukasi publik, dan mengurangi penyebaran hoaks di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa AstraZeneca Menarik Vaksin Covid-19 Buatannya Sendiri?

24 Juni 2024   20:57 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:36 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaksin covid-19 dengan latar belakang logo AstraZeneca. (Ilustrasi Foto oleh Nikos Pekiaridis/NurPhoto via Getty Image

Vaksin AstraZeneca, yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris bekerja sama dengan Universitas Oxford, telah menjadi salah satu alat utama dalam upaya global melawan pandemi COVID-19. Pengembangan vaksin ini dimulai pada Februari 2020 dan telah diproduksi di berbagai negara, termasuk Korea Selatan, India, dan Thailand. Resmi digunakan di Britania Raya mulai 30 Desember 2020, vaksin ini menjadi harapan baru dalam mengendalikan penyebaran virus Corona.

Namun, pada Maret 2021, penggunaan vaksin ini mengalami hambatan serius. Negara-negara seperti Denmark, Norwegia, dan Islandia merupakan yang pertama menangguhkan penggunaannya, diikuti oleh Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol. Penangguhan ini disebabkan oleh laporan kasus trombosis, yaitu pembekuan darah yang serius, termasuk cerebral venous sinus thrombosis (CVST) yang terjadi setelah vaksinasi. CVST adalah kondisi yang melibatkan pembekuan darah di otak, seringkali disertai dengan penurunan kadar trombosit (trombositopenia). Meskipun kasus-kasus ini sangat jarang terjadi jika dibandingkan dengan jumlah dosis yang telah diberikan, kejadian ini cukup untuk menimbulkan kekhawatiran global.

Sebagai respons, proses peninjauan dan investigasi menyeluruh dilakukan oleh badan pengawas obat di berbagai negara serta European Medicines Agency (EMA). EMA, pada akhirnya, menyatakan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah COVID-19 yang dapat menyebabkan kematian dan memerlukan perawatan intensif jauh lebih besar daripada risiko efek samping yang langka ini. Mereka merekomendasikan untuk melanjutkan penggunaan vaksin dengan penambahan informasi tentang risiko trombosis pada labelnya.

Kendati EMA telah memberikan lampu hijau untuk melanjutkan penggunaan vaksin, reaksi masyarakat terhadap keputusan ini bervariasi. Sebagian masyarakat menjadi lebih khawatir dan ragu-ragu untuk menerima vaksinasi, sedangkan yang lainnya tetap mempercayai keputusan otoritas kesehatan. Isu penarikan vaksin ini juga memberikan dampak signifikan terhadap perusahaan, baik dari segi reputasi maupun tantangan legal yang mungkin muncul.

Dengan pengalaman ini, penting bagi masyarakat global untuk mengakui pentingnya transparansi dan kecepatan dalam merespons setiap potensi efek samping vaksin. Hal ini tidak hanya berlaku untuk AstraZeneca, tetapi juga untuk semua vaksin dalam upaya melawan pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.

Referensi 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun