Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan perawatan tanaman yang penting di dalam manajemen perkebunan kelapa sawit. Penggunaan pupuk pada kebun kelapa sawit dengan efisien akan sangat nyata dalam membantu menekankan biaya produksi dan meningkatkan hasil panen. Untuk mengetahui produktivitas hasil panen, perlu dilakukan analisis potensi dari lahan kelapa sawit, sehingga dapat digunakan utuk memantau perkembangan kelapa sawit dan menentukan dosis pupuk yang tepat. Secara konvensional biasanya pemberian pupuk pada kebun kelapa ssawit diawali dengan pengambilan contoh daun dan tanah untuk dianalisis di laboratorium sebelum menghasilkan dosis pupuk yang tepat, sehingga memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang banyak. Sehingga Untuk analisis daerah pertanian memungkinkan untuk dilakukan dengan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis), karena dengan perangkat ini mampu memvisualisasikan data-data spasial dalam format yang tepat, sehingga interpretasi data spasial menjadi mudah untuk dipahami.
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System "GIS" merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengatur dan menampilkan semua data geografis. Dalam SIG terdapat informasi yang berkaitan dengan objek dan hubungannya dalam ruang bumi yang disebut data spasial. SIG dapat menerima dan mengolah data dari berbagai sumber dalam berbagai skala dan struktur. Dengan menggunakan teknologi GIS, dapat dirancang sistem pemetaan perkebunan kelapa sawit berbasis web yang disebut WebGIS. GIS memungkinkan perusahaan untuk melihat data tanaman dan memudahkan proses pengolahan data, serta dengan menggunakan pendekatan pertanian presisi untuk menentukan variabel yang akan digunakan sebagai tolok ukur, seperti jenis tanah, umur tanaman, luas lahan dan tujuan jumlah tanaman kelapa sawit. Perhitungan dan pengambilan keputusan nantinya digunakan sebagai analisis kebutuhan dosis pupuk. Selain itu, Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu memvisualisasikan area perkebunan dalam bentuk peta digital berdasarkan data citra satelit, serta mengembangkan situs yang menggunakan informasi spasial untuk mempertahankan produksi kelapa sawit dan memantau area perkebunan yang berkelanjutan serta mendapatkan rekomendasi dosis pupuk berdasarkan usia rata-rata yang nanti nya akan menentukan hasil panen.
Precision Farming (PF) merupakan suatu usaha pertanian yang pendekatan teknologinya memungkinkan penanganan yang tepat dari rantai bisnis pertanian dari ujung hulu (infarm) ke ujung hilir (offfarm), memungkinkan produktivitas yang lebih besar sekaligus mengurangi biaya produksi dan meminimalkan dampak bagi lingkungan. Salah satu bentuk PF di bidang pemupukan perkebunan kelapa sawit adalah Precipalm (Precision Agriculture Platform for Oil Palm) yang diluncurkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Precipalm merupakan sistem rekomendasi pemupukan dengan model matematis yang memanfaatkan band warna dari daun tanaman kelapa sawit menggunakan citra satelit untuk mengetahui makronutrien tanaman N, P, K dan Mg pada tanaman. Dengan sistem ini, keputusan pemupukan mengenai dosis dan jenis pupuk yang digunakan dapat dilakukan secara cepat dan akurat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Selain itu, pemantauan status nutrisi tanaman juga dapat dilakukan dengan menggunakan spektrum tanaman yang ditentukan oleh kandungan klorofil daun. Dengan adanya status hara tanaman ini maka kegiatan pemupukan akan lebih tepat sasaran.
Tujuan utama penerapan PF berbasis WebGIS di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa manajemen perkebunan dapat memberikan input produksi yang berbeda (termasuk input tenaga kerja dan material) tergantung pada karakteristik spesifik lahan dan tanaman untuk memaksimalkan manfaat ekonominya dan menjaga kelestarian lingkungan. Namun faktanya, perkebunan kelapa sawit tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dari barat hingga timur, sehingga perkebunan kelapa sawit dikelola dengan sistem pengelolaan yang berbeda-beda disesuaikan dengan segala sumber daya yang ada dan kearifan lokal di daerah dimana perkebunan kelapa sawit tersebut tumbuh. Oleh karena itu, penerapan sistem ini di perkebunan kelapa sawit saat ini banyak menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara lain keterbatasan pengetahuan sumber daya manusia yang tersedia di perkebunan, sistem PF yang ada tidak fleksibel, resistensi atau penolakan beberapa pekerja perkebunan dari aspek sosial dan budaya, dan masalah infrastruktur yang masih belum mendukung perkembangan teknologi serta biaya implementasi PF yang masih relatif tinggi.
Sumber:
Akmal, F., Ramdani, F., & Pinandito, A. (2018). Sistem Informasi Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Berbasis Web GIS. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2(5): 1894-1901.
Ginting, E. N., & Wiratmoko, D. (2021). Potensi Dan Tantangan Penerapan Precision Farming Dalam Upaya Membangun Perkebunan Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan. Warta PPKS, 26(2): 55-66.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H