Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia. Kedelai menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung sebagai tanaman pangan utama di Indonesia. Kedelai sebagai penyedia bahan pangan bergizi seperti protein dan dijuluki sebagai Gold from the soil atau World's Miracle. Varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Varietas Grobogan berasal dari pemurnian populasi lokal Malabar Grobogan, Kedelai varietas Grobogan termasuk salah satu kedelai lokal Kabupaten Grobogan yang dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2008. Kedelai varietas Grobogan memiliki keunggulan yaitu dapat beradaptasi di lingkungan yang beragam pada musim hujan, kemarau dan daerah beririgasi baik.
Hydrangea macrophylla (Thunb.) Ser (panca warna) merupakan tanaman hias yang banyak digunakan sebagai bunga potong untuk hiasan rumah, dan pesta pernikahan, serta banyak ditanam di taman-taman. Bunga H. macrophylla sering digunakan warga Bali sebagai sesaji untuk upacara adat umat Hindu. Tanaman ini mempunyai warna bunga yang menarik dan dapat berubah warna jika tumbuh pada kondisi pH yang berbeda. Tanaman ini diketahui mengandung secoiridoid glycoside pada daunnya yang dapat digunakan sebagai antialergi dan antimikroba. Perbanyakan tanaman ini biasanya dilakukan secara vegetatif dengan cara stek.Â
Stek memerlukan media atau lahan yang memenuhi syarat, sehingga tercipta kondisi lingkungan mikro dan makro yang baik untuk pertumbuhan stek. Keuntungan perbanyakan melalui stek yaitu diperoleh tanaman baru dalam jumlah yang banyak, biaya lebih murah, penggunaan lahan pembibitan dapat dilakukan di lahan yang sempit, teknik sederhana dan homogen.
Budidaya kedelai varietas Grobogan (Glycine max, L. Merill. Var. 'Grobogan') dan bunga panca warna (Hydrangea macrophylla) (Thunb.) diawali dengan pembersihan lahan dari rumput menggunakan celurit dan cangkul. Selain untuk membersihkan sisa rumput, cangkul digunakan untuk meratakan tanah yang tidak rata.Â
Pembersihan tidak hanya dilakukan pada lahan budidaya tetapi juga pada rumput rumput yang terdapat disekitar lahan budi daya agar mencegah munculnya hama maupun penyakit yang ditimbulakan dari tanaman diluar lahan.Â
Berikutnya yaitu dilakukan pengolahan tanah yang dilakukan dengan pembajakan tanah menggunakan bajak piring (disc plow) dan rotary (rotary plow).Â
Bajak piring (disc plow) merupakan alat untuk membajak tanah yang berperan dalam membalikan tanah, sedangkan pembajakan dengan bajak rotary memberikan hasil tanah olah yang langsung hancur dan merata, karena bajak jenis ini terdiri dari pisau-pisau rotary yang berputar menghancurkan tanah.Â
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan bedengan dengan tinggi bedengan 20-30 cm dan panjang 5,2 m serta lebar 80 cm sebanyak 3 bedengan. Selanjutnya pada setiap bedengan diberikan pupuk kandang untuk persiapan penanaman.
Penanaman benih kedelai dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan jarak 20x20 cm untuk meletakkan benih kedelai. setiap lubang tanam diberikan 2 benih kedelai. Setelah penanaman benih dilakukan penyiraman agar tanah menjadi lembab untuk mempermudah proses perkecambahan benih. Untuk penanaman bunga panca warna dilakukan dengan melakukan stek batang, yaitu dengan memotong batang bunga pancawarna sepanjang 15 cm dan pada media pot dan diletakkan pada setiap sisi lahan, sehingga tidak langsung ditanam pada lahan.Â
Pemeliharaan tanaman kedelai dilakukan dengan melakukan penyiangan gulma sekaligus pendangiran tanah bedengan setiap minggu satukali, melakukan penyemprotan POC dari eceng gondok dan POC dari kulit pisang setiap 2 minggu sekali, melakukan pembumbunan pada lahan budidaya 2 minggu sekali dikarenakan curah hujan yang tinggi sehingga tanah bedengan mudah larut dan perlu dilakukan pembumbunan. Tingginya curah hujan selama budidaya menyebabkan tanaman budidaya mendapatkan air yang cukup sehingga kelompok kami tidak lagi melakukan penyiraman pada tanaman budidaya. Pada tanaman bunga pancawarna dilakukan pencabutan gulma pada polybag serta penambahan tanah pada minggu ke 4 setelah penanaman.
Pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan pestisida organik yang terbuat dari tembakau dan biji mahoni. Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan dosis yang sesuai dengan anjuran yaitu 10 ml cairan pestisida organik pekat ditambah dengan 1 L air, serta pada waktu yang tepat atau pada saat matahari tidak telalu terik, pada pagi atau sore hari.